DENPASAR –Perhatian dan partisipasi publik dalam program pengurangan sampah plastik yang dipimpin Pemprov Bali dengan membuat regulasi Peraturan Daerah, disambut baik banyak pihak.
Termasuk oleh radarbali.id (Jawa Pos Radar Bali) dengan even Go Clean Our River (GCOR) 2019. Bentuk partisipasi kongkrit telah dilakukan manajemen Rumah Makan (RM) Wong Solo.
Salah satunya dengan membuat dan melayani kemasan nasi kotak dengan bahan kertas, bukan plastik. Demikian dikatakan Korwil Balinusra Wong Solo Group, M. Nasihun, kepada Jawa Pos Radar Bali, Selasa (3/9).
“Kami sudah memulai dari dalam, artinya di lingkungan karyawan dan produk kemasan makan dibuat ramah lingkungan,” ungkap Nasihun.
Menurutnya, bahaya sampah plastic semua orang sudah tahu. Hanya saja kebiasaan membuang sampah sembarangan termasuk menggunakan kemasan plastik kembali pada kesadaran masing-masing individu.
“Tanpa kesadaran diri, mustahil kampanye anti plastik ini dapat berhasil dengan baik. Tapi kita harus optimistis, karena itu mari kalangan pebisnis mulai dari
lingkungan perusahaan sebelum mengajak orang lain untuk hidup bersih,” ajak Nasihun, yang juga menjabat Bendahara Umum PCNU Kota Denpasar, ini.
Dikatakan, soal kebersihan dimana pun, termasuk menciptakan sungai bersih sejatinya menjadi tugas bersama. Terlebih katanya, sudah ada gerakannya. Maka langkahnya mestinya masif.
Dia berpendapat, media bisa menempatkan diri sebagai fasilitator setiap gerakan agar gema dan partisipasi public lebih luas dan massif.
Selain itu lanjutnya, perlu lebih sering dilakukan untuk menanamkan kesadaran dan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Khususnya di darat dan di air.
“Kita harus memastikan tempat usaha lingkungannya bersih, dengan demikian konsumen betah dan senang. Jadi secara tidak langsung kebersihan berdampak baik bagi bisnis,” tukasnya, meyakinkan.
Dia menilai, bahan pencemar dari plastik sifatnya sangat berbahaya. Itu katanya, karena plastik tak bias diurai menjafi bahan organic sekalipun melalui proses pembakaran.
Kecuali plastik dijadikan bahan bakar. Karena itu lanjutnya, penting menggencarkan edukasi kepada masyarakat agar ramah menggunakan kantong plastic sebagai bahan pencemar.
“Bisa dibayangkan di daerah hilir itu menjadi endapan akhir sampah-sampah plastik, apalagi di kawasan mangrove.
Jadi, harus saling dukung, mangrove di tanam untuk penghijauan dan menahan abrasi, tapi ekosistem airnya juga harus bersih agar hayati di dalamnya dapat berkembang dengan normal pula.
Kami berkomitmen untuk selalu mendukung kampanye pengurangan sampah plastik,” pungkasnya.