RadarBali.com – Meningkatnya status Gunung Agung menjadi awas membuat warga yang berada di wilayah 9 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung melakukan pengungsian secara massal.
Tak hanya pakaian dan barang keperluan sehari-hari yang dibawa warga dalam pengungsiannya ke Kabupaten Klungkung, namun juga pratima dan petapakan ratu ayu yang diusungnya.
Seperti yang dilakukan warga Banjar Adat Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat. Dengan menggunakan mobil pick up, mereka membawa pratima dan petapakan Pura Pesanggrahan Agung, Desa Duda yang jumlahnya belasan itu ke Pura Pejenengan Kawitan Arya Tauman, Desa Tojan Klungkung.
Menurut salah seorang warga pengempon Pura Pesanggrahan Agung I Nyoman Subratha, diungsikannya pratima dan petapakan yang dilapisi emas tersebut untuk menyelamatkan benda sakral itu dari dampak Gunung Agung dan tangan-tangan jahil para penjarah.
Sebab menurutnya, kondisi Desa Duda sudah sangat sepi, hanya beberapa orang dan pihak aparat saja yang masih berjaga di desa tersebut.
“Ada dua orang yang masih bertahan di desa saya. Kata mereka, belum ada tanda-tanda Gunung Agung mau meletus,” katanya.
Padahal bau belerang diungkapkannya, sudah tercium sangat keras bahkan hingga membuat tenggorokannya sakit.
Selain itu, Gunung Agung pun sudah tidak terlihat karena ditutup awan hitam. “Jadi kami malam-malam langsung mengungsi. Apalagi statusnya sudah naik jadi awas,” ujar pria kelahiran tahun 1969 itu.