RadarBali.com – Peringatan yang dikeluarkan PVMBG masih belum sepenuhnya ditaati warga. Pantauan Jawa Pos Radar Bali, di sebagian zona merah atau KRB masih banyak warga beraktivitas.
Warga masih menjalankan aktivitas seperti biasa meski dengan perasaan was-was. Misal di Kecamatan Kubu. Daerah tersebut berada di KRB III atau daerah terdekat dengan puncak, hanya sekitar 5 km.
Warga di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu misalnya. Para kaum pria setelah mengungsikan perempuan dan anak-anak kembali ke rumah masing-masing.
Mereka menjaga ternak dan barang-barang yang ada di rumah. Salah satu warga yang masih berusaha bertahan adalah Komang Yasa.
Pria 28 tahun itu bertahan di rumah bersama ayahnya setelah mengungsikan keluarganya dibawa ke Desa Tembok, Kabupaten Buleleng.
“Kami tetap taati imbauan pemerintah. Tapi, di rumah masih ada ternak dan barang-barang yang harus diawasi,” ujar Yasa.
Menurut Yasa, para tetua sudah memiliki tanda tersendiri ketika Gunung Agung hendak meletus. Sampai kemarin para tetua di Desa Dukuh masih melihat Gunung Agung bersahabat.
Bahkan, saat malam hari puncak Gunung Agung masih terlihat jelas dan indah. “Tetua kami banyak yang selamat saat erupsi 1963. Karena mereka tahu kapan harus turun,” tutur satu-satunya pria lulusan pascasarjana di desanya itu.
Yang dikhawatirkan warga bukan erupsi mendadak. Namun, berita bohong atau hoax yang santer beredar di media sosial (medsos).
Yasa mengatakan, warga panik luar biasa begitu mendapat berita Gunung Agung sudah mengeluarkan lahar. Warga lari tunggang langgang keluar desa. Padahal, berita tersebut hoax.
“Kami minta pemerintah bisa menekan berita hoax atau bohong itu. Kami jadi khawatir dengan berita bohong di medsos,” tukasnya.