AMLAPURA — Kedepan masyarakat diharapkan merubah perilakunya membuang anak anjing sembarangan. Karena ulah tersebut ternyata memicu penyebaran rabies.
Sebagai catatan, rabies sulit ditekan di Bali karena masih ada sebagian dari kebiasaan masyarakat yang membuang anak anjing sembarangan.
Akibatnya, anak anjing itu menjadi anjing liar. Dan, anjing liar selama ini yang kerap memicu munculnya rabies.
Masalah bertambah Panjang jika anjing anjing liar tersebut berkembang biak. Jika itu yang terjadi, rabies semakin sulit di kendalikan. Karena anjing liar seperti ini masih sulit dijangkau secara maksimal untuk vaksinasi.
Berdasar data Dinas Peternakan Bali, penyebaran rabies cukup tinggi masih terjadi di Singaraja dan Bangli. Di Karangasem sendiri ada 21 desa yang masuk zona marah.
“Sekarang jumlahnya bertambah, ada 28 desa yang masuk zona merah rabies,” ujar Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Karangasem I Made Ari Susanta.
Selama ini , klaim dia, Dinas Peternakan sudah berupaya maksimal. Bahkan diluar jadwal vaksinasi kalau ada warga mau vaksin anjing tetap dilayani.
Pusat pelayanan juga sudah tersebar di semua kecamatan di Karangasem. Estimasi anjing di Karangasem sendiri sebanyak 56.804 ekor.
“Yang anjing betina jelas akan berkembang biak sehingga anjing liar semakin banyak,” ujarnya. karena dalam satu kali anjing bisa beranak sampai enam ekor.
JIka anjing liar makin banyak pemerintah akan semakin sulit untuk menelusuri. Karena itu pihaknya mengajak masyarakat untuk turut bersama sama memberantas rabies.
Caranya dengan memelihara anjing yang kiranya mampu mereka rawat. Selaian itu dirinya berharap dukungan dari Desa adat dengan membuat perarem.
Yakni larangan melepas hewan peliharaan. Selama ini warga memelihara anjing tidak mampu memelihara dan dibiarkan liar.
Penanganan anjing ini menggunakan dana APBN untuk vaksinasi masal, sementara APBD Kabupetan untuk penyisiran.