33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 14:00 PM WIB

Bendesa Adat Kerobokan Imbau Peduli Bencana Tak Minta Sumbangan di TL

RadarBali.com – Sebagai bentuk kepedulian terhadap warga Karangasem yang mengungsi di sejumlah titik di Bali membuat simpatik masyarakat untuk menggelar aksi sosial atau penggalangan dana.

Tak sedikit, penggalangan dana dilakukan di setiap sudut traffic light atau lampu merah. Hampir setiap hari ada saja yang membawa kontak sumbangan untuk Gunung Agung sembari membawa gitar.

Nah, untuk menepis isu miring, pihak Desa Ada Kerobokan mengeluarkan surat edaran larangan Ormas atau lembaga apapun untuk memungut sumbangan  yang berdalih  peduli status awas Gunung Agung.

Seperti  melakukan pementasan musik dan lain-lain di jalan raya, lampu traffic light di wilayah banjar atau Desa Adat Kerobokan. Hal ini karena dinilai sangat mengganggu kemanan dan kenyamanan berlalulintas.

Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja SH mengatakan, pihaknya telah melakukan paruman di Desa Adat Kerobokan menyikapi dampak status awas Gunung Agung.

Ada beberapa keputusan yang diambil dalam paruman tersebut agar dalam pencarian bantuan untuk warga pengungsi Gunung Agung tidak terkesan buruk dimata publik.

Utamanya bagi masyarakat di luar Bali. “Dalam surat edarat tersebut kita sudah memberikan imbauan agar mencari sumbangan  tidak keluar dari wilayah banjar masing-masing dan harus ada rekomendasi dari kelian banjar atau Desa Kerobokan,” jelasnya.

Hal ini dilakukan karena untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu juga melarang Ormas atau lembaga apapun untuk memungut sumbangan.

Untuk membantu para pengungsi Gunung Agung pihaknya juga telah membuat imbauan agar di masing-masing banjar di Desa Adat Kerobokan membuat posko peduli status awas Gunung Agung.

“Ini juga bangian untuk menjaga Bali dan citra Bali. Kita membantu asal dengan koridor yang benar dan tidak mengganggu kemanan dan kenyamanan masyarakat lainnya,” ungkapnya.

RadarBali.com – Sebagai bentuk kepedulian terhadap warga Karangasem yang mengungsi di sejumlah titik di Bali membuat simpatik masyarakat untuk menggelar aksi sosial atau penggalangan dana.

Tak sedikit, penggalangan dana dilakukan di setiap sudut traffic light atau lampu merah. Hampir setiap hari ada saja yang membawa kontak sumbangan untuk Gunung Agung sembari membawa gitar.

Nah, untuk menepis isu miring, pihak Desa Ada Kerobokan mengeluarkan surat edaran larangan Ormas atau lembaga apapun untuk memungut sumbangan  yang berdalih  peduli status awas Gunung Agung.

Seperti  melakukan pementasan musik dan lain-lain di jalan raya, lampu traffic light di wilayah banjar atau Desa Adat Kerobokan. Hal ini karena dinilai sangat mengganggu kemanan dan kenyamanan berlalulintas.

Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja SH mengatakan, pihaknya telah melakukan paruman di Desa Adat Kerobokan menyikapi dampak status awas Gunung Agung.

Ada beberapa keputusan yang diambil dalam paruman tersebut agar dalam pencarian bantuan untuk warga pengungsi Gunung Agung tidak terkesan buruk dimata publik.

Utamanya bagi masyarakat di luar Bali. “Dalam surat edarat tersebut kita sudah memberikan imbauan agar mencari sumbangan  tidak keluar dari wilayah banjar masing-masing dan harus ada rekomendasi dari kelian banjar atau Desa Kerobokan,” jelasnya.

Hal ini dilakukan karena untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu juga melarang Ormas atau lembaga apapun untuk memungut sumbangan.

Untuk membantu para pengungsi Gunung Agung pihaknya juga telah membuat imbauan agar di masing-masing banjar di Desa Adat Kerobokan membuat posko peduli status awas Gunung Agung.

“Ini juga bangian untuk menjaga Bali dan citra Bali. Kita membantu asal dengan koridor yang benar dan tidak mengganggu kemanan dan kenyamanan masyarakat lainnya,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/