GEROKGAK – Tahun 2016 lalu Desa Pemuteran sempat menjadi sentra pengembangan pisang ijo Thailand dengan luas lahan sekitar 10 hektare lebih.
Tapi, kini sentra tersebut seakan kehilangan pamor. Pasalnya, petani di Desa Pemuteran kesulitan untuk memasarkan hasil pertanian pisang ijo Thailand.
Luas lahan pisang ijo Thailand pun terus menyusut dan kini hanya seluas 3 hektare. “Petani mulai mengembangkan pisang ijo Thailand sejak 2014 silam,” kata pengurus Kelompok Tani Loka Sesana Made Pande Wiguna.
Saat itu bantuan bibit pisang ijio petani dapat dari ITDC Nusa Dua sebanyak 3.200 bibit pisang. Kemudian kembali mendapat tambahan bibit sebanyak 3.000 bibit pisang dari Dinas Pertanian Bali.
“Total ada sekitar 47 anggota dari kelompok Tani Loka Sesana yang menanam pisang ijo Thailand dengan luas areal tanaman sekitar 10 hektare lebih,” tuturnya.
Memasuki tahun 2017 panen perdana pisang hijau mulai menurun. Itu disebabkan karena harga jual pisang ijo hanya Rp 1000 per kilogram.
Parahnya pisang ijo sangat susah untuk dipasarkan. Bahkan kala itu pisang ijo yang dipanen dibuang begitu saja. Bahkan, ada juga dijadikan sebagai pakan ternak sapi.
“Sehingga petani disini ogah menanam pisang ijo, lantaran harganya yang murah. Jika harga normal paling mencapai Rp 3.000 per kilogramnya,” ujarnya.
Menariknya pertanian pisang ijo yang dikembangkan di Desa Pemuteran pertanian organik. Petani tidak menggunakan pupuk kimia.
Meski demikian petani setempat tetap berharap agar pisang ijo Thailand dapat dipasarkan di hotel dan restaurant.
Ditambahkan Pande, untuk ukuran satu buah pohon pisang menghabiskan pupuk kompos sekitar Rp 7 kilogram mulai dari proses tanam sampai panen.
Dengan penyiraman tiga kali dalam seminggu, pisang ijo dapat dipetik buahnya setelah berusia 90 hari. Dalam satu tandan buah pisang ijo beratnya mencapai 25 kilogram.
Pisang ijo sebenarnya sangatlah cocok dikembangkan di Pemuteran. Meski musim kemarau pisang ini dapat tumbuh. Tidak ada pengaruh dengan lahan yang kering.
“Saat ini harga buah pisang ijo hanya Rp 2500 perkilogramnya. Petani jual ke pasar Batu Kandik Denpasar,” pungkasnya.