32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 12:07 PM WIB

Teken Surat Pernyataan, Sebagian Pelajar Tak Tahu Diajak Bentrok Masal

SEMARAPURA – 13 pelajar yang berhasil diamankan warga dan polisi saat akan bentrok di jembatan panjang perbatasan Desa Manduang – Desa Aan,

Klungkung, Sabtu (12/10) lalu akhirnya membuat surat pernyataan di Polres Klungkung, Senin (14/10) kemarin.

Yang menarik, meski menyanggupi membuat pernyataan, tidak semua pelajar yang berhasil diamankan itu tahu duduk persoalan yang berujung rencana perkelahian tersebut.

Seperti diungkapkan Gede GW yang merupakan pelajar kelas VI salah satu SD di wilayah Kabupaten Karangasem.

Gede GW saat ditemui di Polres Klungkung, Senin (14/10) mengungkapkan dia tidak tahu apa-apa tentang permasalahan yang dialami teman-temannya yang rata-rata merupakan pelajar SMP dan SMA itu.

“Saya tidak tahu kalau mau berkelahi,” kata Gede GW. Saat membeli nasi sebelum berangkat ke pura untuk mekemit atau berjaga di pura, dia bertemu dengan teman-temannya.

Karena mendengar teman-temannya akan bepergian ke Kabupaten Klungkung, dia pun akhirnya tertarik untuk ikut dan membatalkan niatnya untuk mekemit ke pura.

Dia kemudian berangkat menggunakan sepeda motor pribadinya bersama teman-temannya ke Kabupaten Klungkung tanpa menggunakan helm.

“Saya sendiri yang mau ikut. Pakaian sembahyangnya saya taruh di jok motor,” ujarnya. Hal serupa juga dikatakan Komang P yang merupakan siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Kecamatan Dawan.

Dia mengaku tidak mengetahui duduk persoalan permasalahan tersebut. Menurutnya, pada saat itu dia hanya ingin mengantar temannya mengambil

sepeda motor yang tertinggal di sekitar jembatan panjang perbatasan Desa Manduang-Desa Aan karena melarikan diri saat akan diamankan warga.

Nahas, saat kembali ke lokasi ternyata warga dan pihak kepolisian masih berada di lokasi. Dia yang awalnya hanya ingin membantu temannya mengambil sepeda motor yang tertinggal pun akhirnya ikut diamankan.

“Saya tidak tahu apa-apa. Saya cuma mau mengantar teman mengambil sepeda motornya yang tertinggal,” terangnya.

Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling Komang P dan Putu YS, I Komang Tista mengungkapkan bahwa ada sebanyak empat orang siswanya yang terlibat dalam rencana perkelahian itu.

Dua di antaranya berhasil melarikan diri saat diamankan warga. Nahas salah satu siswanya yang berhasil melarikan diri pada saat itu, Komang B mengalami kecelakaan saat hendak pulang ke rumahnya di Kecamatan Dawan.

Siswa tersebut sampai saat ini masih dirawat di RS Sanglah karena mengalami patah pada tulang paha, lengan, dan jari. Serta retak pada kepala.

“Komang ini waktu pulang mengalami kecelakaan tunggal. Dia jatuh di got. Semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi,” tandasnya.

SEMARAPURA – 13 pelajar yang berhasil diamankan warga dan polisi saat akan bentrok di jembatan panjang perbatasan Desa Manduang – Desa Aan,

Klungkung, Sabtu (12/10) lalu akhirnya membuat surat pernyataan di Polres Klungkung, Senin (14/10) kemarin.

Yang menarik, meski menyanggupi membuat pernyataan, tidak semua pelajar yang berhasil diamankan itu tahu duduk persoalan yang berujung rencana perkelahian tersebut.

Seperti diungkapkan Gede GW yang merupakan pelajar kelas VI salah satu SD di wilayah Kabupaten Karangasem.

Gede GW saat ditemui di Polres Klungkung, Senin (14/10) mengungkapkan dia tidak tahu apa-apa tentang permasalahan yang dialami teman-temannya yang rata-rata merupakan pelajar SMP dan SMA itu.

“Saya tidak tahu kalau mau berkelahi,” kata Gede GW. Saat membeli nasi sebelum berangkat ke pura untuk mekemit atau berjaga di pura, dia bertemu dengan teman-temannya.

Karena mendengar teman-temannya akan bepergian ke Kabupaten Klungkung, dia pun akhirnya tertarik untuk ikut dan membatalkan niatnya untuk mekemit ke pura.

Dia kemudian berangkat menggunakan sepeda motor pribadinya bersama teman-temannya ke Kabupaten Klungkung tanpa menggunakan helm.

“Saya sendiri yang mau ikut. Pakaian sembahyangnya saya taruh di jok motor,” ujarnya. Hal serupa juga dikatakan Komang P yang merupakan siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Kecamatan Dawan.

Dia mengaku tidak mengetahui duduk persoalan permasalahan tersebut. Menurutnya, pada saat itu dia hanya ingin mengantar temannya mengambil

sepeda motor yang tertinggal di sekitar jembatan panjang perbatasan Desa Manduang-Desa Aan karena melarikan diri saat akan diamankan warga.

Nahas, saat kembali ke lokasi ternyata warga dan pihak kepolisian masih berada di lokasi. Dia yang awalnya hanya ingin membantu temannya mengambil sepeda motor yang tertinggal pun akhirnya ikut diamankan.

“Saya tidak tahu apa-apa. Saya cuma mau mengantar teman mengambil sepeda motornya yang tertinggal,” terangnya.

Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling Komang P dan Putu YS, I Komang Tista mengungkapkan bahwa ada sebanyak empat orang siswanya yang terlibat dalam rencana perkelahian itu.

Dua di antaranya berhasil melarikan diri saat diamankan warga. Nahas salah satu siswanya yang berhasil melarikan diri pada saat itu, Komang B mengalami kecelakaan saat hendak pulang ke rumahnya di Kecamatan Dawan.

Siswa tersebut sampai saat ini masih dirawat di RS Sanglah karena mengalami patah pada tulang paha, lengan, dan jari. Serta retak pada kepala.

“Komang ini waktu pulang mengalami kecelakaan tunggal. Dia jatuh di got. Semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/