32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 17:43 PM WIB

Dikenal Pendiam dan Polos, Curiga Rahangnya Patah dan Pelipis Memar

Kematian mahasiswa Sekolah Tinggi Desain (STD), Pande Mahayasa, 24, yang ditemukan tewas membusuk di Pantai Lebih Selasa sore (15/10) masih misterius.

Keluarga tidak menyangka korban meninggal dengan cepat dengan cara yang tidak semestinya.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SUASANA rumah mahasiswa yang ditemukan tewas di Banjar Taman Kaja, Kelurahan/Kecamatan Ubud dirundung duka mendalam.

Sang kakak, Kadek Pande Brahma, menyatakan jika korban merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. “Dia orangnya polos sekali,” ujarnya, kemarin.

Tidak ada pesan atau cerita yang diperoleh sang kakak dari adiknya itu. “Waktu hari Minggu (13/10), dia (korban, red) memang pamit mau ke Jakarta.

Dia ikut interview pekerjaan,” ujarnya. Bahkan, sang adik juga sempat sembahyang bersama keluarganya.

Sehabis sembahyang, mereka pun bercengkrama ringan. “Di wantilan pura juga kami sekeluarga sempat foto bareng,” ungkapnya.

Sebagai kakak, sebetulnya korban ingin diantar ke bandara. “Tapi dia tidak mau. Maunya jalan sendiri,” jelasnya.

Karena ingin jalan sendiri, sang kakak pun menyarankan untuk menitipkan sepeda motor di rumah kakaknya di Denpasar.

“Adik saya memang begitu orangnya. Apa yang ditanya hanya itu saja yang dijawab. Jarang mau bicara, apalagi curhat,” jelasnya.

Sebagai kakak, dia tidak merasa curiga sedikitpun. “Karena sudah biasa dia ke Denpasar jadi saya di rumah biasa saja,” bebernya.

Namun, sampai malam hari, kakaknya yang ada di Denpasar menelpon. “Ternyata adik (korban, red) saya tidak sampai di sana (Denpasar). Saya kira sudah berangkat,” jelasnya bingung.

Mendapat kabar adiknya itu belum tiba di Denpasar, Pande Brahma lantas mengontak sang adik. “Ternyata HP-nya dicas kamar,” ujarnya.

Disamping itu, di kamar juga ada surat kendaraan atau STNK tertinggal. Ternyata, kabar duka datang dari Pantai Lebih. Adiknya ditemukan tewas dalam keadaan wajah membusuk.

“Sempat saya rasa kepergiannya sangat janggal sekali. Pelipis kanannya memar, rahangnya kayak patah,” ujarnya.

Yang aneh, kata dia, di jari jempol tangannya terikat tali tas ransel yang dibawanya saat meninggalkan rumah.

“Itu sampai-sampai harus pakai pisau buat memutuskan tali itu kemarin. Sangat erat sekali,” jelasnnya.

Kini, jasad korban masih di RS Sanglah Denpasar untuk dilakukan otopsi. “Makanya kami pengen tahu jawaban dari kejanggalan-kejanggalan itu,” terangnya.

Sambil menunggu hasil otopsi di RS Sanglah Denpasar, pihak keluarga juga berharap sesegera mungkin menemukan titik terang kepergian adiknya tersebut.

Selain itu sepeda motor yang digunakannya jenis Jonda Vario warna pink DK 6092 LI juga belum ditemukan pada seputaran jasad korban tergeletak.

Kecurigaan pihak keluarga juga tidak ada, mengingat korban sosok yang polos. “Beda jika adik saya itu urakan. Ini anaknya polos, pulang langsung diam di kamar.

Ditanya apa, dijawab hanya itu saja. Siapa harus kita curigai, orang aman-aman saja. Kalau handphonenya sudah kami serahkan ke pihak kepolisian,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Kapolsek Kota Gianyar, Kompol Suastika, masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan oleh pihak RS Sanglah Denpasar.

“Belum ada,” ujarnya. Mengenai keberadaan sepeda motor, pihaknya juga masih diseputaran lokasi kejadian. “Masih dicari,” pungkasnya. (*)

 

Kematian mahasiswa Sekolah Tinggi Desain (STD), Pande Mahayasa, 24, yang ditemukan tewas membusuk di Pantai Lebih Selasa sore (15/10) masih misterius.

Keluarga tidak menyangka korban meninggal dengan cepat dengan cara yang tidak semestinya.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SUASANA rumah mahasiswa yang ditemukan tewas di Banjar Taman Kaja, Kelurahan/Kecamatan Ubud dirundung duka mendalam.

Sang kakak, Kadek Pande Brahma, menyatakan jika korban merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. “Dia orangnya polos sekali,” ujarnya, kemarin.

Tidak ada pesan atau cerita yang diperoleh sang kakak dari adiknya itu. “Waktu hari Minggu (13/10), dia (korban, red) memang pamit mau ke Jakarta.

Dia ikut interview pekerjaan,” ujarnya. Bahkan, sang adik juga sempat sembahyang bersama keluarganya.

Sehabis sembahyang, mereka pun bercengkrama ringan. “Di wantilan pura juga kami sekeluarga sempat foto bareng,” ungkapnya.

Sebagai kakak, sebetulnya korban ingin diantar ke bandara. “Tapi dia tidak mau. Maunya jalan sendiri,” jelasnya.

Karena ingin jalan sendiri, sang kakak pun menyarankan untuk menitipkan sepeda motor di rumah kakaknya di Denpasar.

“Adik saya memang begitu orangnya. Apa yang ditanya hanya itu saja yang dijawab. Jarang mau bicara, apalagi curhat,” jelasnya.

Sebagai kakak, dia tidak merasa curiga sedikitpun. “Karena sudah biasa dia ke Denpasar jadi saya di rumah biasa saja,” bebernya.

Namun, sampai malam hari, kakaknya yang ada di Denpasar menelpon. “Ternyata adik (korban, red) saya tidak sampai di sana (Denpasar). Saya kira sudah berangkat,” jelasnya bingung.

Mendapat kabar adiknya itu belum tiba di Denpasar, Pande Brahma lantas mengontak sang adik. “Ternyata HP-nya dicas kamar,” ujarnya.

Disamping itu, di kamar juga ada surat kendaraan atau STNK tertinggal. Ternyata, kabar duka datang dari Pantai Lebih. Adiknya ditemukan tewas dalam keadaan wajah membusuk.

“Sempat saya rasa kepergiannya sangat janggal sekali. Pelipis kanannya memar, rahangnya kayak patah,” ujarnya.

Yang aneh, kata dia, di jari jempol tangannya terikat tali tas ransel yang dibawanya saat meninggalkan rumah.

“Itu sampai-sampai harus pakai pisau buat memutuskan tali itu kemarin. Sangat erat sekali,” jelasnnya.

Kini, jasad korban masih di RS Sanglah Denpasar untuk dilakukan otopsi. “Makanya kami pengen tahu jawaban dari kejanggalan-kejanggalan itu,” terangnya.

Sambil menunggu hasil otopsi di RS Sanglah Denpasar, pihak keluarga juga berharap sesegera mungkin menemukan titik terang kepergian adiknya tersebut.

Selain itu sepeda motor yang digunakannya jenis Jonda Vario warna pink DK 6092 LI juga belum ditemukan pada seputaran jasad korban tergeletak.

Kecurigaan pihak keluarga juga tidak ada, mengingat korban sosok yang polos. “Beda jika adik saya itu urakan. Ini anaknya polos, pulang langsung diam di kamar.

Ditanya apa, dijawab hanya itu saja. Siapa harus kita curigai, orang aman-aman saja. Kalau handphonenya sudah kami serahkan ke pihak kepolisian,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Kapolsek Kota Gianyar, Kompol Suastika, masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan oleh pihak RS Sanglah Denpasar.

“Belum ada,” ujarnya. Mengenai keberadaan sepeda motor, pihaknya juga masih diseputaran lokasi kejadian. “Masih dicari,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/