SEMARAPURA – Ni Komang Anjani, 6, anak ketiga dari pasangan I Nengah Suteja, 50, dan Ni Nyoman Tika, 49, asal Lingkungan Besang Kangin,
Semarapura Kaja, Klungkung memiliki keinginan besar untuk bisa bersekolah seperti anak-anak seusainya.
Hanya saja keinginan untuk bisa bersekolah di sekolah formal itu harus dikubur lantaran kelainan genetik yang dialaminya sejak lahir.
Memiliki kulit sensitif yang mudah menempel dan mengelupas membuat anak bungsu dari tiga bersaudara itu harus mendapatkan pengawasan dan perawanan ekstra.
Saat ditemui di kediamannya Lingkungan Besang Kangin, Semarapura Kaja, Klungkung, kemarin, Anjani tampak digendong ibunya.
Menggunakan baju tanpa lengang dengan celana panjang, kulit Anjani yang luka dan mengelupas sangat jelas terlihat.
“Karena kelainan genetik ini anak saya menjadi malu kalau ada orang datang ke rumah. Kelainan genetik sejak lahir itu kata dokter
karena pernikahan sedarah. Ayah suami saya dan ibu saya adalah saudara kandung. Tetapi, anak saya yang lain normal,” terang Tika.
Suteja menuturkan, anak bungsunya itu dilahirkan melalui persalinan operasi sesar di rumah sakit swasta di Kabupaten Klungkung tanggal 17 Mei 2013.
Lahir dengan berat 3,2 kilogram, Anjani ternyata mengalami gangguan genetik yang menyebabkan kulitnya sangat sensitif.
Anjani memiliki kulit yang tipis, mudah menempel dan mengelupas. Akibat gangguan genetiknya itu, Anjani pun akhirnya dirujuk ke RS Sanglah beberapa hari setelah dilahirkan.
“Sekitar tiga bulan anak saya dirawat di RS Sanglah. Pada saat itu tidak ada perkembangan dan anak saya malah bertambah kurus
sehingga akhirnya saya lakukan pulang paksa,” kata PNS di Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Kabupaten Klungkung itu.
Meski melakukan pulang paksa, Suteja dan Tika tetap berusaha agar anaknya itu segera sembuh dan bisa beraktivitas seperti anak normal lainnya.