SEMARAPURA – BPBD Klungkung akhirnya berhasil membersihkan material pohon kepuh (Sterculia Foetida) berusia ratusan tahun
yang tumbuh di utama mandala Pura Sakti Togoh, Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan tumbang setelah empat hari berjibaku.
Saking besarnya pohon yang tumbang Rabu (16/10), Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Pemukiman (PU-PRKP) Klungkung sampai menurunkan satu unit alat berat untuk membantu proses evakuasi.
Kalak BPBD Klungkung, I Putu Widiada, Sabtu (19/10) mengatakan, setelah mendapat informasi adanya pohon tumbang di utama mandala Pura Sakti Togoh,
Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan, Rabu (16/10), TRC BPBD Klungkung langsung turun untuk melakukan evakuasi material pohon tumbang.
Namun, karena pohon yang tumbang tersebut berukuran cukup besar, akhirnya penangan pohon tumbang tidak bisa dilakukan dalam waktu sehari.
“Akhirnya material pohon tumbang kami bisa bersihkan setelah empat hari terus melakukan penangan material pohon tumbang yang dibantu masyarakat dan pihak lainnya,” katanya.
Saking besarnya pohon yang tumbang, diungkapkannya jika Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Pemukiman (PU-PRKP) Klungkung
akhirnya menurunkan satu unit alat beratnya untuk mempermudah penanganan material pohon tumbang tersebut.
“Ada empat unit gergaji mesin yang kami gunakan untuk membersihkan pohon tumbang itu dari areal pura,” ungkapnya.
Mengingat pohon berusia ratusan tahun ini sangat disakralkan oleh warga setempat, menurutnya material pohon tumbang itu kini ditempatkan di lahan kosong milik pura.
“Akan kembali dikoordinasikan selanjutnya setelah selesai pelaksanaan upacara di pura tersebut,” terangnya.
Sebelumnya diberitakan, sebelum peristiwa itu terjadi, Pemangku Pura Sakti Togoh, Jro Mangku Gede Togoh mengaku mendapatkan sejumlah tanda-tanda.
Pada Senin (14/10), dia mengaku melihat pelinggih Taru Kepah yang terbuat dari beton bergerak dan kemudian hancur.
Kemudian Selasa (15/10), pihaknya melihat ada cahaya kemerahan di tengah-tengah pohon. Namun pihaknya mengaku tidak mengetahui apa arti dari tanda-tanda itu sehingga tidak ditanggapinya secara serius.
“Cukup lama terlihat cahaya dan langsung masuk ke dalam pohon. Saya lihat itu sekitar pukul 23.00. Saya memang sering diam di pura.
Kayu pohon ini juga pernah ditunas (diminta, Red) untuk membuat pralingga dan membuat tapakan,” ujarnya.