NEGARA – Terungkapnya pengiriman ganja seberat 97 kilogram di Pelabuhan Gilimanuk membuktikan pintu masuk Bali ini menjadi objek vital yang berpotensi besar masuknya narkotika.
Sayangnya, meski menjadi objek vital, pengamanan pelabuhan saat ini masih manual. Semestinya sudah dilengkapi dengan teknologi yang lebih canggih untuk mendeteksi narkotika atau barang-barang berbahaya lainnya.
Kapolsek Kawasan laut Gilimanuk AKP I Gusti Nyoman Sudarsana mengakui bahwa selama ini melakukan pengamanan di pintu masuk dan keluar Bali di Pelabuhan Gilimanuk secara manual.
Pemeriksaan orang, barang dan kendaraan di pos dua yang masuk Bali yang setiap hari ratusan bahkan ribuan mengandalkan personil dari kepolisian.
“Saya sering memberi arahan pada personil untuk lebih meningkatkan naluri. Kecurigaan harus lebih kuat agar pemeriksaan lebih intensif,” jelas AKP Sudarsana.
Selain mengandalkan personil untuk melakukan pemeriksaan barang, orang dan kendaraan yang masuk Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk,
personil dari unit K-9 dengan anjing pelacak khusus pendeteksi narkotika juga selalu disiagakan untuk mengendus narkotika yang masuk Bali.
“Kami sudah intensif menjaga, mengamankan Bali dari masuknya narkotika masuk Bali,” ujarnya.
Karena pengamanan masih manual dengan mengandalkan kekuatan personil dan unit K-9, masih terdapat kelemahan, yakni kelelahan dan kelemahan personil yang melakukan pengamanan.
Disamping itu, para pelaku kejahatan yang mengirimkan narkotika selalu berubah modus dan pola, sehingga menuntut kepolisian harus meningkatkan kemampuan dan naluri mendeteksi, serta menganalisa masuknya narkotika.
Beruntung, saat upaya penyelundupan ganja hampir 100 kilogram, personil dari Polsek Kawasan Laut Gilimanuk dan Satuan reserse Narkoba berhasil mengendus dan mengamankan tersangka dan barang bukti sebelum beredar di Bali.
Menurutnya, Pelabuhan Gilimanuk sebagai pintu masuk Bali melalui di jalur darat di ujung barat, merupakan objek vital yang berpotensi besar menjadi jalur masuknya narkotika ke Bali.
Karena pengiriman tidak hanya melalui udara, melainkan dari jalur darat. “Pengiriman dari jalur darat pasti melalui pelabuhan, cenderungnya dari Gilimanuk,” ungkapnya.
Karena merupakan sebagai objek vital, lanjutnya, perlu sarana pendukung untuk pengamanan pelabuhan.
Sarana pendukung tersebut untuk melengkapi kekurangan dan kelemahan dari pengamanan, misalnya teknologi canggih yang secara khusus untuk mendeteksi narkotika dan barang-barang berbahaya lainnya.
“Pelabuhan Gilimanuk vital. Sehingga perlu ditambah peralatan lebih canggih untuk mendeteksi narkoba,” terangnya.
Pemeriksaan manual dengan mengandalkan naluri manusia dan anjing pelacak masih sisi lemahnya. Namun apabila didukung dengan teknologi lebih canggih bisa menutupi kekurangan dari pengamanan manual.
“Manusia pasti ada lelah dan lengahnya, apalagi dengan kondisi pos pelabuhan yang seperti sekarang. Memang perlu sekali ada sarana pendukung,” terangnya.
Yang menarik, sarana pendukung berupa mesin x-ray untuk pengamanan di Pelabuhan Gilimanuk, sebenarnya sempat disediakan Polda Bali.
Namun pada tahun 2015, mesin yang diharapkan menjadi pendukung pengamanan Bali itu ditarik ke Polda Bali karena rusak.
Mesin x-ray tersebut hibah pemerintah provinsi Bali tahun 2013, seharga sekitar Rp 18 miliar. Harapannya, mesin X-Ray yang besar sehingga bisa digunakan untuk memeriksa semua jenis kendaraan dan barang bawaan.
Sayangnya, setelah sempat dilakukan uji coba terdapat kerusakan mesin dan tidak pernah bisa digunakan lagi. Saat ini alat tersebut berada di Polda Bali.