GIANYAR – Polemik agraria di Banjar Selasih, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar berlanjut.
Selasa malam (19/11) hingga Rabu kemarin (20/11) puluhan warga memblokade jalan menggunakan dahan pohon.
Tujuannya supaya alat berat investor tidak bisa mengeruk lahan pertanian. Menurut salah satu petani, Made Sudiantara, 50, warga bergejolak ketika melihat ada dua alat berat excavator datang ke banjar mereka.
“Alat berat datang tadi malam (Selasa) sekitar jam setengah sepuluh (21.30). Kami langsung kumpul hadang jalan jam sepuluh (22.00),” ujar Sudiantara kemarin.
Warga memotong dahan pohon kelapa, memangkas ranting kering. Pepohonan itu dihadang di jalan masuk menuju lahan pertanian seluas 144 hektare itu.
Rencananya, lahan itu akan diratakan oleh investor. “Kami jaga terus. Semalaman kami di sini. Kapan alat itu pulang, saat itulah blokade ini dibuka,” terangnya.
Selain menghadang dengan dahan, warga juga membuat bambu runcing. Ada belasan bambu runcing disiapkan.
Bambu itu diletakkan di antara dahan blokade. “Ini spontan. Kalau mereka pakai kekerasan, kami juga bisa keras,” tegasnya.
Beberapa warga juga mengenakan kain kasa warna putih. Kain itu sempat dililitkan di kening dan di bambu runcing.
“Itu simbolis saja,” jelas pemilik lahan seluas 1,10 hektare yang ikut terkena dampak perataan lahan milik investor itu.
Selain dahan, ada 8 spanduk yang dibentangkan. Di antaranya bertuliskan; Jalan ini untuk masyarakat, bukan untuk PT UDRR; Petani butuh rabuk, bukan bordozer; Kami menolak investor melakukan aktivitas di daerah ini.
Sudiantara menambahkan, lahan yang diklaim investor seluas 144 hektare. “Di dalamnya ada lahan hak milik. Termasuk tanah saya hak milik, tapi kena,” keluhnya.
Selain ada tanah warga yang kena perabasan investor, di dalam areal 144 hektare juga ada 6 pura.
“Ada pura Hyang api, pura Pucak Sari, pura Pucak Ulun Suwi, pura Pucak Alit, pura panti Pasek Gelgel dan pura Togog,” bebernya.
Sudiantara berharap, pemerintah turun tangan mengatasi masalah itu.