TIGA tahun terakhir, saya melihat bisnis kuliner berkembang pesat. Lihat saja seputaran Denpasar dan Badung, begitu banyak tempat makan baru dengan berbagai konsep unik dalam rasa atau interiornya (instagramable), lahir.
Di bidang minuman juga tak kalah hebohnya, mulai kedai kopi yang nyaman, sampai dengan kios kopi dan teh ala drive-thru seperti restoran cepat saji.
Dalam era milenial saat ini setidaknya ada dua hal yang men-drive perkembangan bisnis kuliner, sehingga volume perputaran uangnya cukup “gurih” dan persentase profit yang menggoda.
Pertama, hadirnya aplikasi online seperti Gojek/Grab. Aplikasi tersebut memudahkan banyak orang membeli makanan/minuman, lewat handphone yang kemudian diantar sampai pintu rumah.
Kemudahan melakukan pemesanan oleh calon konsumen, disisi lain meningkatkan jangkauan pelaku usaha kuliner mendapatkan konsumen, yang berujung meningkatnya angka penjualan.
Kedua, budaya nongkrong untuk makan di luar rumah atau ngopi bersama teman saat ini menjadi keharusan.
Contohnya diri kita sendiri, setiap minggu berapa kali, kita bertemu orang di tempat ngopi atau rumah makan, untuk kegiatan bisnis, arisan, makan keluarga?
Apalagi saat ini “serbuan” promo discount atau cash back sering kita dapatkan dari berbagai kartu yang kita miliki serta e-wallet.
Atas kedua kondisi diatas, banyak generasi milenial yang mencoba peruntungannya menjadi entrepruneur bisnis kuliner.
Dengan modal sendiri atau patungan bersama teman/saudara, mereka mencoba buka berbagai rumah makan atau tempat ngopi.
Beberapa berhasil, tapi kebanyakan akhirnya tutup. Apa sebenarnya yang salah? Salah satu anak muda sukses di bidang kuliner, yang menjadi inspirasi saya adalah IGN Bagus Wirajaya, biasa dipanggil Gunggus.
Bro yang satu ini adalah Owner Gosha Kitchen & Pattiserie. Pasti merk restonya untuk wilayah Denpasar sudah terkenal, karena ramai banget setiap harinya.
Nah, menurut beliau, untuk menikmati gurihnya bisnis kuliner, setidaknya ada dua hal, yaitu ;
Pertama, seseorang wajib memiliki konsep bisnis kuliner yang kuat.
Jangan sekedar meniru konsep bisnis orang lain yang telah sukses. Dalam konsep tersebut, harus menu apa yang akan dijual, serta siapa target konsumen yang akan disasar.
Tidak bisa mau “rakus” menyasar seluruh jenis konsumen, yang malah ujungnya membuat tidak jelas identitas/karakter bisnis kuliner yang kita bangun.
Kedua, terus melakukan inovasi. Konsumen selalu akan berubah keinginan/seleranya akan sebuah makanan/minuman, bentuk layanan dan fasilitas.
Setiap pelaku usaha kuliner harus peka akan perubahan yang terjadi. Walaupun usahanya telah mencapai keberhasilan, tidak boleh berpuas diri. Terus gali apa inovasi yang dapat dilakukan.
Mau tahu lebih detail, tentang kesuksesan Gosha Kitchen & Pattiserie dalam meraih gurihnya bisnis kuliner?
Nah, BPR KAS mengadakan event “Bali Culinary Entreprenuer Festival” Kebetulan owner Gosha akan menjadi salah satu speaker dalam event tersebut.
Tujuan dari event ini adalah membantu masyarakat/generasi milenial yang tertarik akan terjun ke bisnis kuliner, mendapatkan insight, bagaimana untuk sukses di bidang kuliner.
Yuk segera daftarkan dirinya, karena limited seat. Pendaftaran online HTTP://BIT.LY/BCEF19. Salam Perjuangan. (rba)