33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:10 PM WIB

Kerja Bersama Generasi Millennial

DENPASAR – Beberapa hari lalu, saya di BPR KAS dikunjungi sahabat dari Jakarta. Sahabat saya ini memiliki usaha di bidang perdagangan alat kesehatan, dengan jumlah pegawai mencapai 500-an.

Sahabat saya ini, curhat mengenai susahnya mengelola karyawan generasi milenial. Sahabat saya sebetulnya suka akan cepatnya generasi milenial dalam menjalankan instruksi kerja yang diberikan, ketimbang generasi diatasnya.

Namun menurutnya, karyawan generasi milenial ini, cepat bosan akan rutinitas kerjanya, kemudian gampang pindah kerja.

Hal lainnya, karyawan generasi milenial ini kadang lupa akan hierarki dalam struktur organisasi perusahaan, yang membuat kesannya tidak sopan pada atasannya atau kesan lain tidak tunduk akan birokrasi kantor.

Sahabat saya ini, padahal kelahiran tahun 1977, yang notabene bagian “akhir” generasi X, seharusnya bisa lebih memahami bagaimana bekerja bersama generasi milenial.

Namun kenyataanya ternyata ngak juga bisa memahami. Permasalahan tersebut, mungkin dialami juga para pemilik usaha atau pemimpin eksekutif perusahaan di Bali, yang kebetulan adalah bagian generasi X atau juga generasi baby boomers.

Memahami pemikiran dan keinginan generasi milenial adalah pintu, kalau mau sukses bekerjasama dengan mereka.

Dengan sukses bekerjasama, maka probabilitas generasi milenial akan bekerja optimal dan setia diperusahaan kita akan besar.

Beberapa hal yang harus dipahami dari generasi milenial dalam ruang lingkup bekerja diperusahaan adalah :

 

A. Generasi Milenial Butuh Teladan.

Generasi milenial tidak butuh pemimpin mental bos, yang cuma bisa perintah. Generasi milenial butuhnya pemimpin yang dapat menjadi mentor, melayani dan memberi contoh.

Artinya kalau kita meminta pada generasi milenial menyelesaikan sebuah tugas, kita wajib memberikan arahan/petunjuk yang jelas.

Kemudian jika mereka mengalami kendala, kita wajib sebagai tempat mereka menemukan solusi. Tak kalah penting kita memberikan contoh bagaimana suatu tugas tereksukusi dengan baik.

 

B. Hierarki adalah Formalitas Dalam Bekerja

Pola kerja atasan-bawahan dibungkus birokrasi, kurang disukai generasi milenial. Mereka menghormati atasan, hanya mereka ingin tidak ada batasan antara atasan-bawahan untuk dapat bertukar pikiran, berdiskusi, berbagi informasi/pengetahuan.

Maka jangan kaget, jika ada karyawan level pertama yang kebetulan generasi milenial berani mengirim Whats app/email langsung kepada pimpinan

tertinggi perusahaan dia bekerja, dan “melangkahi” kita sebagai atasannya langsung. Jangan tersinggung ya kalau hal ini terjadi pada kita.

 

C. Generasi Milenial Menyukai Tantangan

Pekerjaan rutin dengan ruang lingkup itu-itu saja, adalah “musuh” generasi milenial. Mereka mudah sekali bosan, jika sudah menguasai tugas yang diberikan.

Untuk itu, penting selalu peka akan apa yang dirasakan generasi milenial. Memberikan tantangan baru dalam suatu tugas baru, sangat disukai.

Melalui suatu tantangan baru, generasi milenial dapat mempelajari hal baru, untuk memaksimalkan potensinya.

 

D. Generasi Milenial Menyukai Lingkungan Kerja yang Menyenangkan

Suasana kantor yang terlalu formal dan terkesan kaku, tidak disukai generasi milenail. Mereka menyukai suasana kantor yang ceria dan menyenangkan.

Sebagai contoh, keluarga besar BPR KAS, punya tempat yang namanya “Fun Corner”. Ini tempat favorit pegawai milenial di BPR KAS, karena tempat ini mereka bisa melepas penat, bermain play station, kartu, catur, main tenis meja, dll.

 

Sudah mulai dapat pencerahan, tentang bagaimana bekerja bersama generasi milenial? Jangan anggap remeh atau salah memahami generasi ini.

Bersabarlah dan berusaha beradaptasi dengan mereka, niscaya potensi terbaiknya akan keluar dan membawa perusahaan kita bertumbuh dan sukses. Salam Perjuangan. (rba).

 

DENPASAR – Beberapa hari lalu, saya di BPR KAS dikunjungi sahabat dari Jakarta. Sahabat saya ini memiliki usaha di bidang perdagangan alat kesehatan, dengan jumlah pegawai mencapai 500-an.

Sahabat saya ini, curhat mengenai susahnya mengelola karyawan generasi milenial. Sahabat saya sebetulnya suka akan cepatnya generasi milenial dalam menjalankan instruksi kerja yang diberikan, ketimbang generasi diatasnya.

Namun menurutnya, karyawan generasi milenial ini, cepat bosan akan rutinitas kerjanya, kemudian gampang pindah kerja.

Hal lainnya, karyawan generasi milenial ini kadang lupa akan hierarki dalam struktur organisasi perusahaan, yang membuat kesannya tidak sopan pada atasannya atau kesan lain tidak tunduk akan birokrasi kantor.

Sahabat saya ini, padahal kelahiran tahun 1977, yang notabene bagian “akhir” generasi X, seharusnya bisa lebih memahami bagaimana bekerja bersama generasi milenial.

Namun kenyataanya ternyata ngak juga bisa memahami. Permasalahan tersebut, mungkin dialami juga para pemilik usaha atau pemimpin eksekutif perusahaan di Bali, yang kebetulan adalah bagian generasi X atau juga generasi baby boomers.

Memahami pemikiran dan keinginan generasi milenial adalah pintu, kalau mau sukses bekerjasama dengan mereka.

Dengan sukses bekerjasama, maka probabilitas generasi milenial akan bekerja optimal dan setia diperusahaan kita akan besar.

Beberapa hal yang harus dipahami dari generasi milenial dalam ruang lingkup bekerja diperusahaan adalah :

 

A. Generasi Milenial Butuh Teladan.

Generasi milenial tidak butuh pemimpin mental bos, yang cuma bisa perintah. Generasi milenial butuhnya pemimpin yang dapat menjadi mentor, melayani dan memberi contoh.

Artinya kalau kita meminta pada generasi milenial menyelesaikan sebuah tugas, kita wajib memberikan arahan/petunjuk yang jelas.

Kemudian jika mereka mengalami kendala, kita wajib sebagai tempat mereka menemukan solusi. Tak kalah penting kita memberikan contoh bagaimana suatu tugas tereksukusi dengan baik.

 

B. Hierarki adalah Formalitas Dalam Bekerja

Pola kerja atasan-bawahan dibungkus birokrasi, kurang disukai generasi milenial. Mereka menghormati atasan, hanya mereka ingin tidak ada batasan antara atasan-bawahan untuk dapat bertukar pikiran, berdiskusi, berbagi informasi/pengetahuan.

Maka jangan kaget, jika ada karyawan level pertama yang kebetulan generasi milenial berani mengirim Whats app/email langsung kepada pimpinan

tertinggi perusahaan dia bekerja, dan “melangkahi” kita sebagai atasannya langsung. Jangan tersinggung ya kalau hal ini terjadi pada kita.

 

C. Generasi Milenial Menyukai Tantangan

Pekerjaan rutin dengan ruang lingkup itu-itu saja, adalah “musuh” generasi milenial. Mereka mudah sekali bosan, jika sudah menguasai tugas yang diberikan.

Untuk itu, penting selalu peka akan apa yang dirasakan generasi milenial. Memberikan tantangan baru dalam suatu tugas baru, sangat disukai.

Melalui suatu tantangan baru, generasi milenial dapat mempelajari hal baru, untuk memaksimalkan potensinya.

 

D. Generasi Milenial Menyukai Lingkungan Kerja yang Menyenangkan

Suasana kantor yang terlalu formal dan terkesan kaku, tidak disukai generasi milenail. Mereka menyukai suasana kantor yang ceria dan menyenangkan.

Sebagai contoh, keluarga besar BPR KAS, punya tempat yang namanya “Fun Corner”. Ini tempat favorit pegawai milenial di BPR KAS, karena tempat ini mereka bisa melepas penat, bermain play station, kartu, catur, main tenis meja, dll.

 

Sudah mulai dapat pencerahan, tentang bagaimana bekerja bersama generasi milenial? Jangan anggap remeh atau salah memahami generasi ini.

Bersabarlah dan berusaha beradaptasi dengan mereka, niscaya potensi terbaiknya akan keluar dan membawa perusahaan kita bertumbuh dan sukses. Salam Perjuangan. (rba).

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/