27.3 C
Jakarta
21 November 2024, 23:35 PM WIB

Ritual Moksa Puasa 42 Hari, Pria Pemuja Siwa Ditemukan Jadi Mayat

NEGARA-Warga yang tinggal di perumahan Jimbarwana, Lingkungan Sawerangsasa, Kelurahan Dauhwaru, Jembrana, Selasa malam (10/12) sekitar pukul 20.00 dibuat gempar.

Heboh warga ini menyusul dengan temuan mayat pria di salah satu rumah kontrakan.

Ida bagus Surya Negara, 38, pria penghuni kontrakan ini ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Selain jasadnya sudah membengkak, saat ditemukan sejumlah bagian tubuh korban juga sudah membusuk dan dipenuhi dengan belatung.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, Rabu (11/12), geger temuan mayat ini bermula dari saksi yang juga mertua korban I Gede Antara, 57.

Saat itu, saksi datang bersama anaknya Ketut Yoga Semara Pratama. Kedua saksi datang untuk melihat kondisi korban yang sedang menderita sakit saraf kejepit dan persendian pergelangan kaki sebelah kiri terlepas.

Namun saat tiba di rumah korban, saksi curiga dengan adanya bau busuk dan lalat yang berkerumun di ventilasi dan jendela kamar tidur di rumah kontrakan pria asal Banjar Anyar, Desa Batuagung, Jembrana ini.

“Korban ini sedang menjalani pengobatan tradisional. Sedangkan istrinya tidak tidak ada komunikasi dengan korban sejak 6 Desember lalu. Istri korban sempat memberikan makanan kepada korban dan saat itu korban mengatakan kondisinya baik serta meminta istrinya tidak menemuinya lagi karena ingin menenangkan diri,”jelas Kasatreskrim Polres Jembrana AKP Yogie Pramagita.

Selanjutnya, curiga dengan bau busuk dan lalat, saksi langsung memanggil istri korban yang menginap di rumah tetangga bersama anaknya.

“Korban beserta istri dan anaknya sebenarnya tinggal di kontrakan itu. Namun, korban meminta untuk menyendiri sementara waktu karena ingin menenangkan diri,”tambah Yogie.

Selama suaminya menenangkan diri, istri korban bersama anaknya memutuskan menginap di rumah tetangganya dan baru pulang saat korban ditemukan meninggal.

Selanjutnya, usai memanggil istri, saksi masuk dan menemukan korban sudah dalam kondisi meninggal dunia dengan kondisi yang memprihatinkan.

 

Selain jasad korban sudah bengkak dan membusuk, beberapa bagian tubuh korban tepatnya dibawah telinga kiri sudah dikerumuni belatung.

Meski begitu, sesuai hasil olah TKP dan pemeriksaan medis, kata Yoggie, korban meninggal murni karena sakit.

 “Kelaurga korban sudah mengikhlaskan atas peristiwa tersebut sebagai sebuah musibah,” terangnya.

Sementara itu dari informasi di TKP, korban bersama istri dan anaknya mengontrak rumah tersebut sejak bulan Mei 2019.

Dari informasi, korban di rumah tersebut menjalani ritual sebagai pengikut aliran kepercayaan Pemuja Siwa serta melakukan praktik penyembuhan tradisional menurut ajaran aliran kepercayaan Pemuja Siwa.

Namun sejak dua bulan terakhir, korban tidak lagi melayani praktik penyembuhan tradisional. Karena menurut ajaran aliran kepercayaan Pemuja Siwa karena korban merasa sakit dan harus melakukan ritual pemujaan menuju moksa.

Sejak 2 Desember lalu, korban menjalani ritual menuju moksa dengan melakukan puasa selama 42 hari dan tidak boleh diganggu maupun ditemani siapapun.

Saat ditemukan meninggal ritualnya baru berjalan 8 hari serta selama korban menjalani ritual tersebut hanya berkomunikasi dengan istrinya via telepon karena korban tidak boleh diganggu maupun ditemani selama menjalani prosesi ritual tersebut. 

NEGARA-Warga yang tinggal di perumahan Jimbarwana, Lingkungan Sawerangsasa, Kelurahan Dauhwaru, Jembrana, Selasa malam (10/12) sekitar pukul 20.00 dibuat gempar.

Heboh warga ini menyusul dengan temuan mayat pria di salah satu rumah kontrakan.

Ida bagus Surya Negara, 38, pria penghuni kontrakan ini ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Selain jasadnya sudah membengkak, saat ditemukan sejumlah bagian tubuh korban juga sudah membusuk dan dipenuhi dengan belatung.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, Rabu (11/12), geger temuan mayat ini bermula dari saksi yang juga mertua korban I Gede Antara, 57.

Saat itu, saksi datang bersama anaknya Ketut Yoga Semara Pratama. Kedua saksi datang untuk melihat kondisi korban yang sedang menderita sakit saraf kejepit dan persendian pergelangan kaki sebelah kiri terlepas.

Namun saat tiba di rumah korban, saksi curiga dengan adanya bau busuk dan lalat yang berkerumun di ventilasi dan jendela kamar tidur di rumah kontrakan pria asal Banjar Anyar, Desa Batuagung, Jembrana ini.

“Korban ini sedang menjalani pengobatan tradisional. Sedangkan istrinya tidak tidak ada komunikasi dengan korban sejak 6 Desember lalu. Istri korban sempat memberikan makanan kepada korban dan saat itu korban mengatakan kondisinya baik serta meminta istrinya tidak menemuinya lagi karena ingin menenangkan diri,”jelas Kasatreskrim Polres Jembrana AKP Yogie Pramagita.

Selanjutnya, curiga dengan bau busuk dan lalat, saksi langsung memanggil istri korban yang menginap di rumah tetangga bersama anaknya.

“Korban beserta istri dan anaknya sebenarnya tinggal di kontrakan itu. Namun, korban meminta untuk menyendiri sementara waktu karena ingin menenangkan diri,”tambah Yogie.

Selama suaminya menenangkan diri, istri korban bersama anaknya memutuskan menginap di rumah tetangganya dan baru pulang saat korban ditemukan meninggal.

Selanjutnya, usai memanggil istri, saksi masuk dan menemukan korban sudah dalam kondisi meninggal dunia dengan kondisi yang memprihatinkan.

 

Selain jasad korban sudah bengkak dan membusuk, beberapa bagian tubuh korban tepatnya dibawah telinga kiri sudah dikerumuni belatung.

Meski begitu, sesuai hasil olah TKP dan pemeriksaan medis, kata Yoggie, korban meninggal murni karena sakit.

 “Kelaurga korban sudah mengikhlaskan atas peristiwa tersebut sebagai sebuah musibah,” terangnya.

Sementara itu dari informasi di TKP, korban bersama istri dan anaknya mengontrak rumah tersebut sejak bulan Mei 2019.

Dari informasi, korban di rumah tersebut menjalani ritual sebagai pengikut aliran kepercayaan Pemuja Siwa serta melakukan praktik penyembuhan tradisional menurut ajaran aliran kepercayaan Pemuja Siwa.

Namun sejak dua bulan terakhir, korban tidak lagi melayani praktik penyembuhan tradisional. Karena menurut ajaran aliran kepercayaan Pemuja Siwa karena korban merasa sakit dan harus melakukan ritual pemujaan menuju moksa.

Sejak 2 Desember lalu, korban menjalani ritual menuju moksa dengan melakukan puasa selama 42 hari dan tidak boleh diganggu maupun ditemani siapapun.

Saat ditemukan meninggal ritualnya baru berjalan 8 hari serta selama korban menjalani ritual tersebut hanya berkomunikasi dengan istrinya via telepon karena korban tidak boleh diganggu maupun ditemani selama menjalani prosesi ritual tersebut. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/