RadarBali.com – Sebanyak 14 gulungan lontar berwarna cokelat tua dan muda dibeber di atas meja. Sugi Linus, pendiri Hanacaraka Society memaparkan serentetan peristiwa letusan Gunung Agung yang terekam dalam naskah lontar.
Ada beberapa lontar yang menyinggung Gunung Agung meletus, di antaranya Usana Bali dan babad Pasek Kayu Selem. Salah satu lontar yang dibawa Sugi berumur 100 tahun lebih.
Dari berbagai lontar kuno itu diketahui Gunung Agung pernah meletus setidaknya delapan kali. Mulai tahun 1002, 1615, 1616, 1665, 1683, 1705, 1711, 1820 dan terakhir kali 1963.
Di antara tahun letusan tersebut, letusan besar terjadi pada 1616 dan 1711. Saat letusan 1711 disebutkan peristiwa banjir lahar panas mengalir dari Gunung Agung menewaskan warga Desa Bukit, Cahutgut, Bantas dan Kayuaya.
Sementara letusan 1820 banyak hujan abu, situasi gelap, semua orang tidak bisa melihat karena letusan Gunung Agung. Menurut Sugi, yang paling banyak disebut dalam lontar erupsi 1711.
“Dalam naskah 1711 itu (letusan) besar sekali. 1711 banyak disebutkan beberapa lontar, berarti (letusan) signifikan. Sampai terjadi arus pengungsian besar pada 1711.
Kami melihat gelagatnya (tahun) banyak ditulis itu banyak bermakna kebudayaan,” terang Sugi dalam diskusi di sebuah rumah makan di Jalan Gatot Subroto Barat, Denpasar, kemarin