29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:56 AM WIB

Lontar Gunung Agung Bisa Jadi Bahan Evaluasi Mitigasi Bencana

RadarBali.com – I Dewa Gede Catra, salah satu pemerhati lontar mengatakan, lontar di Bali merupakan salah satu peninggalan budaya.

Naskah lontar tidak jauh berbeda dengan buku-buku saat ini. Banyak kandungan filosofis, etika dan pesan penting di dalamnya.

“Dengan membaca lontar-lontar yang dulu, kita tahu sejarah dan tahu apa yang akan timbul dari mulut gunung itu. Lontar menyebutkan hujan debu dan pasir berbulan-bulan,” tutur pria 81 tahun itu.

Keberadaan lontar sekaligus untuk membandingkan juga dengan situasi sebelum dan sesudah bencana. Menurut Catra, lontar yang mengkhusus membahas Gunung Agung ada lebih dari lima jenis dengan judul yang sama.

Disebutkan dalam salah satu lontar, Tukad Unda merupakan jalur limpahan lahar. Letusan 1711, daerah utara Gunung Agung yakni di Sukadana, Kubu dan sekitarnya merupakan jalur lahar sampai keMunti.

“Naskah lontar di Bali judulnya sama, cara menguraikan beda tapi tujuannya satu. Contoh lontar Usana Bali. Sekarang dari pesan lontar ini kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari masa lalu,” tukas pria asli Karangasem itu.

Di tempat yang sama, I Nengah Suarya, 49, Bendesa Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan Karangasem, menyebut ada ratusan lontar terdampak jika Gunung Agung erupsi.

Ini karena sebagian besar masyarakat desa di sekitaran Gunung Agung banyak menyimpan lontar kuno.

 “Warga banyak memedulikan hewan ternak namun lupa dengan lontar yang dimiliki. Kami sudah mengimbau masyarakat agar mengemas lontar yang dimiliki,” ujarnya

RadarBali.com – I Dewa Gede Catra, salah satu pemerhati lontar mengatakan, lontar di Bali merupakan salah satu peninggalan budaya.

Naskah lontar tidak jauh berbeda dengan buku-buku saat ini. Banyak kandungan filosofis, etika dan pesan penting di dalamnya.

“Dengan membaca lontar-lontar yang dulu, kita tahu sejarah dan tahu apa yang akan timbul dari mulut gunung itu. Lontar menyebutkan hujan debu dan pasir berbulan-bulan,” tutur pria 81 tahun itu.

Keberadaan lontar sekaligus untuk membandingkan juga dengan situasi sebelum dan sesudah bencana. Menurut Catra, lontar yang mengkhusus membahas Gunung Agung ada lebih dari lima jenis dengan judul yang sama.

Disebutkan dalam salah satu lontar, Tukad Unda merupakan jalur limpahan lahar. Letusan 1711, daerah utara Gunung Agung yakni di Sukadana, Kubu dan sekitarnya merupakan jalur lahar sampai keMunti.

“Naskah lontar di Bali judulnya sama, cara menguraikan beda tapi tujuannya satu. Contoh lontar Usana Bali. Sekarang dari pesan lontar ini kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari masa lalu,” tukas pria asli Karangasem itu.

Di tempat yang sama, I Nengah Suarya, 49, Bendesa Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan Karangasem, menyebut ada ratusan lontar terdampak jika Gunung Agung erupsi.

Ini karena sebagian besar masyarakat desa di sekitaran Gunung Agung banyak menyimpan lontar kuno.

 “Warga banyak memedulikan hewan ternak namun lupa dengan lontar yang dimiliki. Kami sudah mengimbau masyarakat agar mengemas lontar yang dimiliki,” ujarnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/