33 C
Jakarta
21 September 2024, 14:37 PM WIB

Mimih, Tiket Sold Out, di Grup WA Harga Tiket Tembus Rp 500 Ribu

GIANYAR – Sudah lebih dari seminggu tiket sulit dicari meski dijual secara online via situs aplikasi jual beli online yang bekerjasama dengan Serdadu Tridatu sejak musim lalu.

Manajemen Bali United melalui panpel mereka langsung bergerak cepat untuk melakukan penjualan tiket offline di stadion.

Tapi bukannya menjual tiket di loket yang sudah disediakan, panpel justru menjual tiket di Bali United Café.

Mekanisme penjualan tiket adalah setiap orang wajib membeli makanan atau minuman di Bali United Café seharga Rp 20 ribu. Setelah itu baru mereka berhak untuk membeli tiket.

Apa yang dilakukan oleh Bali United tersebut sudah terjadi sejak lama. Ketika menghadapi Arema FC di putaran pertama musim ini, kasus ini sempat mencuat.

Terjadi antrean yang membludak dan membuat suporter geram dengan apa yang dilakukan oleh Manajemen Bali United.

Tidak belajar dari kesalahan sebelumnya, mereka kembali melakukan hal serupa di laga terakhir musim ini.

Alhasil, kejadian lebih parah pun terjadi. Beberapa bagian di Bali United Café terlihat rusak. Meja kasir juga rusak. Kaca pintu depan Bali United Café pecah berkeping-keping.

Apa yang terjadi sekarang sebenarnya tidak menjadi kesalahan sepenuhnya manajemen. Hanya yang salah ada mekanisme pembelian tiket saja.

Disini juga teori hukum mikro ekonomi terjadi dimana jumlah permintaan yang jauh lebih besar daripada tiket yang disediakan oleh Manajemen Bali United.

Menariknya lagi, Jawa Pos Radar Bali kemarin dikirimi tangkapan layar dari salah seorang suporter yang tidak ingin disebutkan namanya.

Dia memang berencana untuk mencari tiket untuk pertandingan terakhir. Namun justru ada calo atau oknum yang bermain.

Isi dari chat yang tersebar di grup pesan singkat WhatsApp tersebut menyebutkan bahwa oknum tersebut menjual tiket tribun utara seharga Rp 500 ribu.

Harga tersebut 10 kali lipat lebih mahal dari harga normal yang biasanya hanya Rp 50 ribu saja untuk satu tiket di tribun utara, timur, selatan, dan sayap.

Apa yang terjadi sekarang, bisa diprediksi bahwa ada permainan dari orang dalam Bali United, entah siapa itu pelakunya.

Ketua Panpel Stadion Kapten I Wayan Dipta I Ketut Suantika menjelaskan kepada suporter yang masih menunggu di Bali United Café kemarin siang bahwa tiket sudah habis.

“Seperti penjelasan saya bahwa tiket sudah sold out. Besok sampai hari H, sudah tidak ada lagi yang dijual. Mohon permaklumannya terkait tiket yang sudah habis.

Tadi (kemarin) di (loket) utara yang terakhir. Terimakasih,” terang pria yang akrab disapa Rojak tersebut kepada suporter.

GIANYAR – Sudah lebih dari seminggu tiket sulit dicari meski dijual secara online via situs aplikasi jual beli online yang bekerjasama dengan Serdadu Tridatu sejak musim lalu.

Manajemen Bali United melalui panpel mereka langsung bergerak cepat untuk melakukan penjualan tiket offline di stadion.

Tapi bukannya menjual tiket di loket yang sudah disediakan, panpel justru menjual tiket di Bali United Café.

Mekanisme penjualan tiket adalah setiap orang wajib membeli makanan atau minuman di Bali United Café seharga Rp 20 ribu. Setelah itu baru mereka berhak untuk membeli tiket.

Apa yang dilakukan oleh Bali United tersebut sudah terjadi sejak lama. Ketika menghadapi Arema FC di putaran pertama musim ini, kasus ini sempat mencuat.

Terjadi antrean yang membludak dan membuat suporter geram dengan apa yang dilakukan oleh Manajemen Bali United.

Tidak belajar dari kesalahan sebelumnya, mereka kembali melakukan hal serupa di laga terakhir musim ini.

Alhasil, kejadian lebih parah pun terjadi. Beberapa bagian di Bali United Café terlihat rusak. Meja kasir juga rusak. Kaca pintu depan Bali United Café pecah berkeping-keping.

Apa yang terjadi sekarang sebenarnya tidak menjadi kesalahan sepenuhnya manajemen. Hanya yang salah ada mekanisme pembelian tiket saja.

Disini juga teori hukum mikro ekonomi terjadi dimana jumlah permintaan yang jauh lebih besar daripada tiket yang disediakan oleh Manajemen Bali United.

Menariknya lagi, Jawa Pos Radar Bali kemarin dikirimi tangkapan layar dari salah seorang suporter yang tidak ingin disebutkan namanya.

Dia memang berencana untuk mencari tiket untuk pertandingan terakhir. Namun justru ada calo atau oknum yang bermain.

Isi dari chat yang tersebar di grup pesan singkat WhatsApp tersebut menyebutkan bahwa oknum tersebut menjual tiket tribun utara seharga Rp 500 ribu.

Harga tersebut 10 kali lipat lebih mahal dari harga normal yang biasanya hanya Rp 50 ribu saja untuk satu tiket di tribun utara, timur, selatan, dan sayap.

Apa yang terjadi sekarang, bisa diprediksi bahwa ada permainan dari orang dalam Bali United, entah siapa itu pelakunya.

Ketua Panpel Stadion Kapten I Wayan Dipta I Ketut Suantika menjelaskan kepada suporter yang masih menunggu di Bali United Café kemarin siang bahwa tiket sudah habis.

“Seperti penjelasan saya bahwa tiket sudah sold out. Besok sampai hari H, sudah tidak ada lagi yang dijual. Mohon permaklumannya terkait tiket yang sudah habis.

Tadi (kemarin) di (loket) utara yang terakhir. Terimakasih,” terang pria yang akrab disapa Rojak tersebut kepada suporter.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/