SUKASADA-Peristiwa mistis diduga dialami empat personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Sabtu (4/1) lalu.
Para personel BPBD itu, mendadak mengalami gatal-gatal di sekujur tubuh usai memangkas pohon wani yang tumbang dan melintang di Jalan Raya Desa Pegadungan, Sukasada, Buleleng.
Tak hanya merasakan gatal, keempat personel yakni masing-masing Putu Agra Kusuma, Edy Purnawirawan, Nyoman Dharma Kurniawan, termasuk Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Buleleng I Wayan Duala Arsayasa juga mengalami panas, bahkan bengkak-bengkak.
Bahkan dari keempat korban, kondisi terparah dialami Putu Agra. Seluruh tubuhnya bentol-bentol, bahkan wajahnya bengkak dan terlihat merah seperti melepuh.
Dikonfirmasi terkait kejadian itu, Putu Arga mengatakan jika para personel BPBD BUleleng termasuk Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Buleleng I Wayan Duala Arsayasa mengalami gatal-gatal pada Senin (6/1) atau dua hari pascapemangkasan pohon.
“Sebenarnya waktu itu tidak kena getah. Hanya kena serbuk kayu saja. Karena saya pas itu langsung potong pakai gergaji mesin. Padahal sudah pakai alat pengaman diri lengkap. Celana panjang, baju lengan panjang, selop tangan juga. Kemarin (Senin, Red) sudah keras sekali dampaknya,” kata Agra.
Sementara Kabid Kedaruratan Wayan Duala mengaku baru merasakan dampak pada Senin malam. “Kemarin malam saya sudah garuk-garuk sekujur badan. Seperti monyet,” ujarnya seraya tertawa.
Akhirnya kemarin mereka menjalankan ritual kewanian. Mereka menghturkan canang sari sambil berdoa di pohon wani yang sempat dipangkas. Selanjutnya mereka menari sambil mengelilingi pohon wani yang sempat dipangkas. Keempatnya juga mengenakan kukusan nasi bekas pakai di kepala. Sementara rekan-rekan mereka menyaksikan sambil membunyikan gamelan.
Duala menceritakan, saat memangkas dahan pohon wani yang tumbang, ia sudah sempat terpikir resiko gatal-gatal. Sebab mitos yang beredar, orang yang tidak cocok dengan pohon wani, akan terserang sakit gatal-gatal. Namun saat itu mereka memutuskan tetap memangkas pohon tersebut.
“Awalnya meboya (tidak percaya). Tapi dari kemarin malam saya sudah gatal-gatal. Akhirnya ada teman dari (desa) Galungan menyarankan lakukan ritual ini. Karena staf sudah keras dampaknya, akhirnya ya datang kesini. Mengikuti saran dari teman-teman,” imbuh Duala.
Anehnya, sekitar sejam berselang setelah menjalani ritual itu, keempat personil BPBD itu mengaku rasa gatalnya sudah mereda. Meski bentol masih terlihat jelas di sekujur tubuh mereka.
“Percaya atau tidak, tapi fakta yang kami alami begitu. Kami yakin pohon ini juga punya jiwa,” timpal Duala.