Meski ihklas dan menerima sebagai musibah, kematian tragis Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Pekraman Munduk Kunci, Made Sumadi menyisakan luka mendalam bagi keluarga khususnya orang tua korban.
Di usia yang masih muda, Semadi harus pergi selama-lamanya dengan cara tak wajar, yakni dengan gantung diri di kusen pintu dapur rumahnya.
JULIADI, Singaraja
KEPERGIAAN yang begitu cepat Made Sumadi benar-benar membuat warga khususnya krama Banjar Dinas Munduk Kunci, Desa Tegalinggah, Sukasada, Buleleng, seperti tak percaya.
Pria yang semasa hidupnya menjabat sebagai ketua LPD Pekraman Munduk Kunci, Desa Tegalinggah itu ditemukan tewas gantung diri.
Mengejutkan lagi, sebelum ditemukan tewas gantung diri oleh kedua orang tuanya, ternyata Sumadi sempat mengirim pesan status dengan menyampaikan permohonan maaf di sebuah grup whatsapp (WA) tempat kerja korban .
Bunyinya: “Ring kurenan, pianak, rekan kerja lan semeton, sami nunas pangampura ping banget tiyang sampun iwang, nunas doa nggh”.
(Kepada istri, anak, rekan kerja dan keluarga semuanya, minta maaf banget, saya sudah salah, minta doanya!). Itu kata-kata yang ditulis korban atau mendiang Sumadi dalam group whatsapp.
Sementara itu, Kapolsek Sukadasa Kompol Nyoman Landung yang dikonfirmasi secara terpisah mengatakan, bahwa dari sejumlah keterangan pihak keluarga, diduga aksi gantung diri yang dilakukan ketua LPD Desa Pekraman Munduk Kunci itu dipicu karena korban depresi karena masalah dalam rumah tangga.
Dari informasi keluarga yang disampaikan kepada pihak kepolisian, sebelum tewas, korban sempat terlibat pertengkaran atau cekcok dengan istrinya Komang Endik Indrayani, pada Rabu lalu (8/1).
Dari pertengkaran itu, istri korban minggat (pergi) membawa anak-anaknya ke rumah orang tuanya tanpa pamit kepada suami atau korban.
Diduga karena ditinggal istri dan anak-anaknya itulah, korban depresi berat dan nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.