RadarBali.com – Banyak hal yang dibeber Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat mengundang perwakilan 33 konsulat jenderal (Konjen) di Bali kemarin.
Selain permintaan kepada lima negara yakni Amerika, Australia, New Zealand, Singapura, dan Inggris untuk mencabut travel warning, langkah mitigasi dipaparkannya dengan sangat serius.
Menurut lulusan Akpol 1974 ini, jika terjadi letusan yang paling terdampak adalah penutupan Bandara Ngurah Rai.
Dia memperkirakan ketika terjadi letusan misalnya dalam satu hari, akan ada 5.000 penumpang yang tidak bisa berangkat.
Pihaknya berjanji mempersiapkan berbagai alternatif, mulai dari akomodasi, dan fasilitas lainnya. “Kalau itu orang asing mungkin permasalahan visa, kami akan urus visanya.
Kalau misalnya harus berangkat kami akan berangkatkan lewat Surabaya atau Lombok. Bahkan kami akan urus tiketnya,” terang mantan Kapolda Irian Jaya ini.
Langkah koordinasi dengan pihak Imigrasi pun disepakati akan memberikan kelonggaran hingga 30 hari ke depan ketika warga asing mengalami kehabisan visa.
Disinggung mengenai kesiapan anggaran, Gubernur dua periode ini mengaku siap berapapun jumlahnya. “Sudah saya bilang berapa aja (anggaran), ini dalam kondisi darurat kok. Dananya dari mana, ya nanti, banyak cara, tentang aja,” bebernya.
Untuk menangani kondisi darurat ketika terjadi letusan, pihaknya pun telah mempersiapkan tim khusus. Namun Pastika enggan menjelaskan secara gamblang tim khusus tersebut.
“Jangan dibesar-besarkan. Jadi seram nanti,” tuturnya. Dia pun berharap dengan adanya penjelasan ini, tamu yang awalnya cancel tetap datang ke Bali sesuai jadwal.
Kondisi cancellation yang terjadi lantaran wisman tidak mengetahui informasi yang benar. “Mereka pikir Bali itu masih primitif, ya nggak lah,” kata dia.
“Pengungsinya aja semua pakai mobil, mobilnya lebih bagus dari kalian (wartawan) semua. Ada CRV bahkan Alphard,” kelakarnya.
Dalam pertemuan tersebut, dari 35 konjen yang diundang, hanya dua yang tidak hadir yakni Brasil dan Srilangka dengan alasan sakit