SEMARAPURA – 87 kepala keluarga (KK) di Dusun Gelogor, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung mengalami krisis air sejak tiga bulan terakhir.
Kondisinya semakin parah sejak sebulan terakhir. Itu lantaran sumber air berupa rembesan air dari Bukit Tangkid dan Abah kian mengecil.
Puluhan warga akhirnya harus mengantre berjam-jam untuk mendapat beberapa ember rembesan air Bukit Tangkid dan Abah. Bahkan, dalam waktu 8 jam hanya dapat dua ember air.
Kadus Gelogor, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Ketut Tirta, saat ditemui di Dusun Gelogor, mengungkapkan, ada sekitar 300 KK yang tercatat sebagai warga Dusun Gelogor.
Akibat musim kemarau yang berkepanjangan, sekitar 87 KK yang tinggal di dataran tinggi mengalami krisis air.
Sebab selama ini, puluhan warga tersebut belum menikmati layanan PDAM. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari, mereka hanya bisa mengandalkan
air hujan yang tertampung di bak penampungan dan juga rembesan air Bukit Tangkid dan Bukit Abah yang di aliran ke dalam sumur.
“Selama tiga bulan terakhir, hujan tidak turun sehingga tiga bak penampungan air hujan yang ada sudah habis.
Dan, debit air rembesan air Bukit Tangkid dan Abah semakin kecil sejak sebulan terakhir ini. Ada tujuh titik rembesan air di dusun ini,” ungkapnya.
Sebagai Kadus, pihaknya berupaya untuk mengatasi masalah krisis air itu dengan bersurat ke Bupati Klungkung, PDAM Klungkung, BPBD Klungkung, bahkan Provinsi Bali untuk bisa mendistribusikan air ke dusunnya.
Dan, sudah tiga kali tangki air dari PDAM Klungkung mendistribusikan air ke dusunnya itu. Setiap pengiriman, PDAM Klungkung membawa dua tangki air bersih.
“Karena jumlah KK kami yang mengalami krisis air cukup banyak, sehingga dua tangki air itu habis dalam kurun waktu satu hari,” ujarnya.
Kondisi itu membuat puluhan warganya yang terdampak musim kemarau terpaksa mengantre berjam-jam untuk
mendapatkan beberapa ember air dari sejumlah titik rembesan air Bukit Tangkid dan Abah yang masih mengeluarkan air.
Sebab akibat musim kemarau yang berkepanjangan ada beberapa titik rembesan air bukit yang sudah tidak mengeluarkan air.
“Sumur bor memang ada di Kecamatan Dawan tapi terlalu jauh. Warga di sini juga tidak punya mobil. Butuh biaya lebih kalau harus bolak-balik ke sumur bor menggunakan sepeda motor,” terangnya.