DENPASAR – Peredaran narkoba di Bali kian mengkhawatirkan. Bagaimana tidak? Selain melalui jalur darat, narkotika juga kerap masuk melalui jalur udara.
Faktanya, pihak bandara tak jarang menangkap para pembawa narkotika dari berbagai jenis saat dilakukan penggeledahan.
Ada yang menyimpan di dalam tas bahkan ada juga di dalam anus. Jumlahnya pun tak sedikit. Artinya, pihak maskapai penerbangan pun lolos dari pemantauan.
Wajar kalau semua jenis narkoba begitu mudah ditemukan di Bali. Apalagi, Bali jadi pasar peredaran narkoba dunia.
Berangkat dari fakta tersebut, BNN mengandeng maskapai untuk ikut sama-sama mencegah dan menangkal masuknya narkoba ke Bali.
“Tak hanya melakukan pencegahan, kerjasama pencegahan seperti melakukan tes urine untuk para awak kabin juga penting untuk keselamatan penerbangan,” ujar Kepala BNN RI Komjen Heru Winarko saat rapat pimpinan BNN 2020 di Denpasar.
Salah satu pihak maskapai penerbangan yang digandeng BNN RI adalah PT Citilink Indonesia. Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo menyatakan pihaknya telah melakukan
perjanjian kerjasama dalam pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap narkotika sejak 2017 lalu dan di tahun 2020 ini dilakukan perpanjangan.
“Perjanjian itu mencakup edukasi pencegahan, dapat pelatihan dari BNN dan seluruh petugas kami jamin bebas dari narkotika. Apalagi kami membuka penerbangan internasional,” ujarnya.
Juliandra berharap kerjasama melalui perjanjian yang telah disepakati ini dapat mencegah peraderan narkotika di seluruh Indonesia melalui jalur udara.