RadarBali.com – Sisi unik Gunung Agung lagi-lagi terkuak. Berdasar data yang didapat Jawa Pos Radar Bali dari PVMBG, jumlah kegempaan selama 12 hari terakhir tidak mengalami percepatan.
Namun, terus fluktuatif di jumlah tinggi. Dalam satu menit masih terekam 1-3 kali gempa. Setiap hari gempa vulkani lebih dari 600 kali.
Kegempaan vulkanik dangkal pada periode 24 September – 5 Oktober jumlah 200 kali gempa/hari. Jumlah tersebut lebih tinggi dari periode sebelumnya kurang dari 200 kali.
“Hal ini menunjukkan aktivitas magmatik dangkal masih tinggi,” terang Kepala PVMBG, Kasbani, melalui siaran persnya.
Dilanjutkan Kasbani, untuk magnitudo gempa terbesar selama periode krisis adalah M4.3 terjadi pada 27 September 2017 pukul 13:12 WITA.
Gempa ini dirasakan dengan intensitas MMI III-IV di sekitar Gunung Agung. Bahkan juga dirasakan hingga Klungkung dan Denpasar.
Setelah itu, gempa-gempa yang terekam maupun terasa secara umum magnitudonya berada di kisaran M2.0-M3.0.
Gempa-gempa yang dirasakan di Pos Pengamatan Gunungapi Agung di Rendang (12.5 km di sebelah Selatan-Baratdaya) mencatatkan jumlah terbanyaknya pada tanggal 27 September 2017 yaitu sebanyak 14 kali.
Setelah itu, jumlah gempa yang dirasakan relatif menurun. “Lokasi pusat gempa berada di bawah kawah Gunung Agung tersebar hingga kedalaman sekitar 20 km di bawah puncak,” imbuh pria asal Banyuwangi itu.
Sementara Amplitudo Seismik (RSAM) dalam 12 hari terakhir tidak mengalami percepatan namun masih tertahan di nilai yang tinggi.
Konten frekuensi dominan gempa masih didominasi oleh gempa-gempa dengan frekuensi tinggi yang mengindikasikan bahwa hingga saat ini aktivitas peretakkan batuan di bawah tubuh Gunung Agung akibat pergerakan magma masih terus berlangsung.
“Pola cepat rambat gelombang seismik hingga hari ini, mengindikasikan adanya peningkatan tekanan di dalam tubuh Gunung Agung.
Ini karena ada penambahan volume fluida magmatik dari waktu ke waktu yang bergerak menuju ke permukaan,” tukasnya.