SINGARAJA – Peternak babi di Buleleng diminta menjaga kebersihan kandang. Selain itu peternak juga harus memerhatikan kebersihan serta kesehatan pakan.
Langkah ini diyakini bisa mencegah penyebaran penyakit African Swine Fever (ASF) yang terjangkit pada babi.
Sejauh ini, penyakit itu memang belum ditemukan di Buleleng. Para peternak pun khawatir bakal menyebar ke Buleleng, bila tak dilakukan upaya pencegahan.
Salah seorang pengusaha babi, Tobing Crysnajaya mengatakan, merebaknya virus itu dikhawatirkan berdampak bagi para peternak dan pengusaha.
Terlebih jelang hari raya Galungan dan Kuningan, permintaan terhadap daging babi biasanya akan meningkat.
“Kami sempat was-was. Makanya babi itu kami perhatikan betul pakannya. Kami beri pakan tradisional yang direbus dulu, kandang kami bersihkan berkala,
kalau mau dipotong juga kami pastikan kesehatannya dulu,” kata Tobing yang juga Ketua Koperasi Pangan Bali Utara (Kopabara) itu.
Dinas Pertanian Buleleng mengklaim, pemerintah telah mengambil langkah-langkah pencegahan agar babi peternak tak terjangkit penyakit mematikan itu.
“Kami sudah sebarkan desinfektan pada peternak. Jadi kami harap peternak itu benar-benar memerhatikan kebersihan kandang mereka. Termasuk jenis pakan yang diberikan,” kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta.
Pemerintah meyakini penyakit tersebut menyebar melalui pakan yang diberikan pada ternak. Biasanya hewan yang terjangkit penyakit tersebut, diberi pakan berupa limbah makanan alias soil feeding.
Biasanya limbah makanan itu didapat dari restoran atau hotel. Sayangnya limbah itu tak dipanaskan, sehingga rentan menimbulkan penyakit ternak babi.
Lebih lanjut Sumiarta mengatakan, pihaknya telah menyiagakan dokter hewan di seluruh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) yang ada di Buleleng.
Peternak yang mendapati ciri-ciri babi kurang sehat, dihimbau segera menghubungi dokter hewan di BPP.
Sumiarta juga menjamin bahwa penyakit itu tidak akan menular ke manusia.
“Cirinya mirip dengan hog colera. Biasanya babi yang kena penyakit ini perutnya kembung dan langsung mati mendadak. Yang jelas ini bukan penyakit zoonosis, yang bisa menulai dari hewan ke manusia,” imbuhnya.
Sekadar diketahui saat ini populasi babi di Buleleng mencapai 184.742 ekor. Sebanyak 86.519 ekor diantaranya merupakan babi bali, kemudian 66.246 ekor merupakan babi saddle back,
sedangkan 31.977 ekor lainnya adalah babi landrace. Sementara produksi karkas babi di Buleleng mencapai 5.427 ton per tahun. (