MANGUPURA-Wakil Bupati (Wabup) Badung I Ketut Suiasa membuka festival bahasa aksara dan sastra Bali di Jaba Pura Lingga Bhuwana, Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung, Kamis (6/2).
Pembukaan festival bahasa aksara dan sastra Bali ditandai dengan menyalakan blencong atau lampu sentir.
Turut hadir dalam festival tersebut Anggota DPRD Kabupaten Badung Ni Luh Putu Gede Rara Hita Suksma Dewi, Kadis Kebudayaan I Gde Eka Sudarwitha, Camat dan Bendesa se-Kabupaten Badung dan para peserta lomba.
Tema yang diambil dalam festival bahasa aksara dan sastra bali adalah “Nyujur Atma Krtih”.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung I Gde Eka Sudarwitha melaporkan, tujuan diselenggarakannya festival bahasa aksara dan sastra bali adalah untuk melestarikan bahasa dan sastra Bali yang ada di pustaka-pustaka suci dan mengembangkan mengenai tradisi-tradisi kebudayaan Bali seperti menulis dan membaca aksara Bali, pidato bahasa Bali, dan lainnya.
Kegiatan festival bahasa aksara dan sastra Bali meliputi beberapa lomba diantaranya lomba menulis aksara Bali tingkat SD, lomba membaca aksara Bali tingkat remaja, lomba perwakilan desa adat se-Kabupaten Badung bercerita Bali tingkat PKK, lomba antar bendesa Adat se-Kabupaten Badung lomba pidato bahasa Bali, lomba Baligrafi, lomba mengetik aksara Bali di komputer tingkat SMP, lomba debat berbahasa Bali tingkat SMA.
Sementara itu Wabup Suiasa sangat mengapresiasi kegiatan festival bahasa aksara dan sastra Bali Kabupaten Badung, karena akan dapat memberikan pembekalan dan upaya meningkatkan pengetahuan terhadap kebudayaan Bali melalui bahasa dan sastra Bali, mulai dari tingkat SD sampai tingkat Bendesa Adat.
“Kami harapkan kedepannya kegiatan seperti ini semakin baik, semakin meningkat dan selalu dilombakan setiap tahun. Melaui lomba ini akan memberi pemahaman khususnya bagi generasi muda tentang bahasa dan sastra Bali itu sendiri, ” tambahnya.
Dikatakannya, melalui festival ini sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya Bali dimana menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Badung yaitu pro culture.
“Saya harapkan kegiatan ini dapat menjadi bagian dari upaya pemerintah melestarikan dan mempertahankan budaya Bali, sehingga budaya Bali ini tetap ajeg ditengah gempuran arus modernisasi,” tegasnya.(rba)