25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:26 AM WIB

Babi Mati di Bungkulan Terus Bertambah, BB Veteriner Turun ke Buleleng

SINGARAJA – Babi milik peternak yang mati akibat penyakit misterus, terus bertambah. Di Desa Bungkulan saja, kini tercatat sudah 50 ekor babi yang mati.

Padahal pada Selasa (11/2) lalu, jumlah babi yang mati tercatat baru mencapai 29 ekor. Kemarin (12/2), tim dari Balai Besar Veteriner serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Bali, melakukan pengecekan di Desa Bungkulan.

Tim mendatangi kandang babi warga yang ada di Banjar Dinas Dauh Munduk, Desa Bungkulan. Tim mengenakan pakaian pelindung lengkap.

Mereka kemudian mengambil sampel satu persatu. Sampel yang diambil meliputi darah babi, serta feses babi. Selain itu para peternak juga diberi disinfektan sebagai langkah pencegahan.

Para peternak babi yang ada di Bungkulan, kini terpaksa menjual babi denga harga murah. padahal, jelang Galungan, mestinya harga babi sedang tinggi-tingginya.

Namun penyakit misterius menyebabkan peternak memilih menjual babi murah, ketimbang menelan kerugian total.

Seperti yang dialami Komang Suarini, 35. Ia terpaksa menjual anakan babi dengan harga Rp 500 ribu per ekor. Padahal biasanya harga jual anakan babi bisa mencapai Rp 600 ribu hingga Rp 700ribu per ekor.

Sementara untuk indukan, hingga kini belum laku. Sebab induk babi miliknya sudah mulai menunjukkan gejala sakit.

“Biasanya saya sisakan seekor, saya pelihara sampai besar. Tapi karena keadaannya begini, ya sudah saya jual saja semuanya. Sampai induk-induknya juga saya jual,” katanya.

SINGARAJA – Babi milik peternak yang mati akibat penyakit misterus, terus bertambah. Di Desa Bungkulan saja, kini tercatat sudah 50 ekor babi yang mati.

Padahal pada Selasa (11/2) lalu, jumlah babi yang mati tercatat baru mencapai 29 ekor. Kemarin (12/2), tim dari Balai Besar Veteriner serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Bali, melakukan pengecekan di Desa Bungkulan.

Tim mendatangi kandang babi warga yang ada di Banjar Dinas Dauh Munduk, Desa Bungkulan. Tim mengenakan pakaian pelindung lengkap.

Mereka kemudian mengambil sampel satu persatu. Sampel yang diambil meliputi darah babi, serta feses babi. Selain itu para peternak juga diberi disinfektan sebagai langkah pencegahan.

Para peternak babi yang ada di Bungkulan, kini terpaksa menjual babi denga harga murah. padahal, jelang Galungan, mestinya harga babi sedang tinggi-tingginya.

Namun penyakit misterius menyebabkan peternak memilih menjual babi murah, ketimbang menelan kerugian total.

Seperti yang dialami Komang Suarini, 35. Ia terpaksa menjual anakan babi dengan harga Rp 500 ribu per ekor. Padahal biasanya harga jual anakan babi bisa mencapai Rp 600 ribu hingga Rp 700ribu per ekor.

Sementara untuk indukan, hingga kini belum laku. Sebab induk babi miliknya sudah mulai menunjukkan gejala sakit.

“Biasanya saya sisakan seekor, saya pelihara sampai besar. Tapi karena keadaannya begini, ya sudah saya jual saja semuanya. Sampai induk-induknya juga saya jual,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/