28.6 C
Jakarta
13 September 2024, 21:49 PM WIB

Penampahan Galungan, Penjualan Daging Babi di Pasar Tradisional Lesu

SINGARAJA – Penjualan daging babi di pasar tradisional, kini dalam kondisi lesu. Padahal biasanya jelang hari raya Galungan, penjualan daging babi semakin ramai.

Diduga penyebaran penyakit pada ternak babi, memicu lesunya penjualan harga daging di pasar tradisional.

Para pedagang di Pasar Anyar Singaraja, menyebut kondisi sepi sudah berlangsung sejak beberapa pekan terakhir.

Biasanya dalam sehari pedagang bisa menyiapkan daging yang setara dengan delapan ekor babi. Namun kini, penjualan hanya setara dengan lima ekor babi.

“Sekarang hari sepi. Biasanya saya bisa jual sampai delapan ekor, sekarang hanya lima ekor saja. Kalau mau Galungan biasanya bisa sampai 15 ekor.

Tapi sekarang belum berani ambil segitu, takut tidak laku,” kata Nyoman Terima, penjual daging babi asal Desa Petandakan.

Menurut Terima, biasanya ia membeli babi dari pengepul yang berasal dari Kintamani. Ia membeli dalam kondisi hidup.

Setelah itu babi-babi tersebut dibawa ke Tempat Pemotongan Hewan (TPH) di Kelurahan Kaliuntu. Terkait dengan penyebaran virus penyakit pada daging babi, Terima mengaku saat ini dirinya belum merasa resah.

 Ia meyakini tidak ada penyakit yang menyebar di Kota Singaraja. Meski pekan lalu, sempat ditemukan kasus kematian puluhan babi di Desa Bungkulan.

“Setahu saya sih di Singaraja tidak ada. Makanya kalau saya belinya babi hidup, kemudian saya jagal sendiri di Kaliuntu. Biar tahu yang saya beli itu babi sehat atau bagaimana,” katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengawasan secara ketat di 35 TPH yang ada di Buleleng.

Total ada lima tim yang dikerahkan untuk mengawasi TPH-TPH itu. Tim akan melakukan pemeriksaan terhadap ternak babi sebelum dijagal, maupun setelah dijagal.

“Semua sudah dilakukan berdasarkan bio-security yang ketat. Dari kemarin (Minggu, Red) kami sudah lakukan pengawasan. Puncaknya kan hari ini (kemarin, Red).

Kami akan tetap awasi selama hari raya, memastikan tidak ada ternak sakit yang dijagal untuk keperluan konsumsi,” kata Sumiarta.

Ia pun memastikan konsumsi daging babi tidak akan memicu penyakit pada manusia. Sepanjang daging dimasak dalam kondisi matang.

SINGARAJA – Penjualan daging babi di pasar tradisional, kini dalam kondisi lesu. Padahal biasanya jelang hari raya Galungan, penjualan daging babi semakin ramai.

Diduga penyebaran penyakit pada ternak babi, memicu lesunya penjualan harga daging di pasar tradisional.

Para pedagang di Pasar Anyar Singaraja, menyebut kondisi sepi sudah berlangsung sejak beberapa pekan terakhir.

Biasanya dalam sehari pedagang bisa menyiapkan daging yang setara dengan delapan ekor babi. Namun kini, penjualan hanya setara dengan lima ekor babi.

“Sekarang hari sepi. Biasanya saya bisa jual sampai delapan ekor, sekarang hanya lima ekor saja. Kalau mau Galungan biasanya bisa sampai 15 ekor.

Tapi sekarang belum berani ambil segitu, takut tidak laku,” kata Nyoman Terima, penjual daging babi asal Desa Petandakan.

Menurut Terima, biasanya ia membeli babi dari pengepul yang berasal dari Kintamani. Ia membeli dalam kondisi hidup.

Setelah itu babi-babi tersebut dibawa ke Tempat Pemotongan Hewan (TPH) di Kelurahan Kaliuntu. Terkait dengan penyebaran virus penyakit pada daging babi, Terima mengaku saat ini dirinya belum merasa resah.

 Ia meyakini tidak ada penyakit yang menyebar di Kota Singaraja. Meski pekan lalu, sempat ditemukan kasus kematian puluhan babi di Desa Bungkulan.

“Setahu saya sih di Singaraja tidak ada. Makanya kalau saya belinya babi hidup, kemudian saya jagal sendiri di Kaliuntu. Biar tahu yang saya beli itu babi sehat atau bagaimana,” katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengawasan secara ketat di 35 TPH yang ada di Buleleng.

Total ada lima tim yang dikerahkan untuk mengawasi TPH-TPH itu. Tim akan melakukan pemeriksaan terhadap ternak babi sebelum dijagal, maupun setelah dijagal.

“Semua sudah dilakukan berdasarkan bio-security yang ketat. Dari kemarin (Minggu, Red) kami sudah lakukan pengawasan. Puncaknya kan hari ini (kemarin, Red).

Kami akan tetap awasi selama hari raya, memastikan tidak ada ternak sakit yang dijagal untuk keperluan konsumsi,” kata Sumiarta.

Ia pun memastikan konsumsi daging babi tidak akan memicu penyakit pada manusia. Sepanjang daging dimasak dalam kondisi matang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/