MANGUPURA– Maraknya isu wabah demam babi Afrika atau African swine fever (ASF) tak membuat warga di Kabupaten Badung tak menurutkan untuk tetap memotong babi.
Terbukti, dari laporan sementara ada sebanyak 1.123 ekor babi yang dipotong saat perayaan Galungan tahun ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Badung, I Wayan Wijana mengatakan untuk menjelang perayaan hari Galungan dan Kuningan ini pihaknya telah menerjunkan petugas untuk memeriksa hewan babi sebelum dan sesudah dipotong mulai Minggu lalu dengan melibatkan penyuluh, puskeswan, dokter hewan dan mahasiswa kedokteran hewan UNUD.
Hal ini dilakukan untuk memastikan hewan babi aman untuk dikonsumsi.
“Ya, kami telah menerjunkan 160 orang petugas untuk melakukan pemeriksaan babi sebelum dan sudah dipotong,” terang Wijana dikonfirmasi, Selasa (18/2).
Kata dia, dari pemeriksaan babi Minggu lalu sedikitnya ada ribuan babi yang telah diperiksan oleh petugas gabungan dari Disperpa Badung.
“Data sementara yang kita terima dari petugas lapangan yang diperiksa sebanyak 1.123 ekor babi. Kemungkinan data akan terus bertambah. Angka pastinya kemungkinan setelah hari raya baru bisa kami pastikan, ” jelasnya.
Lebih lanjut, dari hasil pemeriksaan di lapangan, ia memastikan bahwa daging yang dipotong tersebut aman untuk dikonsumsi. “Sesuai laporan sementara, semua (babi dipotong) dalam kondisi sehat,” ungkapnya.
Selain itu, mengenai babi mati mendadak yang melanda peternak babi di Badung, ia melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi bersama Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali kepada peternak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap babi dengan menerapkan bio sekuriti. Selain itu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap rumah potong hewan babi agar selalu mengikuti tata cara.
Membagikan disinfektan untuk mencegah penyebaran penyakit yang diduga disebabkan sejenis virus, karena penyebaran sangat cepat.
Lebih lanjut, sampai saat ini belum ada vaksin dan obat direkomendasikan untuk mengatasi penyakit babi mati mendadak tersebut.
Namun diakuinya, bio security menjadi cara paling efektif mencegah penyebaran penyakit. Karena sudah terbukti kepada peternak yang menerapkan bio sekuriti dengan ketat dan ternak babinya masih sehat.
“Berdasarkan penegasan dari Kementerian Pertanian RI, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, bahwa penyakit babi ini tidak bersifat menular kepada manusia sehingga daging babi aman dikonsumsi,” pungkasnya.