DENPASAR – Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Provinsi Bali, Sabtu (22/2) besok dipastikan “melempem”.
Pasalnya, Sekretaris DPD I Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry yang digadang-gadang menjadi salah satu kandidat Ketua DPD 1 Golkar Bali memastikan mengibarkan bendera putih alias menyerah.
Otomatis, singgasana parpol berlambang pohon beringin itu hanya menjadi rebutan Plt. Ketua DPD 1 Golkar Bali Gde Sumarjaya Linggih dan mantan Bupati Karangasem, I Wayan Geredeg.
Di atas kertas, Demer- panggilan akrab Gde Sumarjaya Linggih- diyakini akan menang mudah. “Jika saya dihadapkan pada dua pilihan, yakni pilihan pertama Partai Golkar tetap bersatu,
bersama dalam suasana kedamaian atau pilihan kedua saya menjadi Ketua DPD I Golkar Bali, maka saya memilih yang pertama,” ucap Sugawa Korry ditemui di Ruang Wakil Ketua DPRD Bali.
Sikap politik ini, lanjut Sugawa Korry, konsisten dilakukannya sejak 2009. Tepatnya pada era kepemimpinan Tjokorda Gede Budi Suryawan (CBS).
Sugawa bersikukuh berdiri di kubu CBS yang kala itu ingin di-Musda-kan sebelum waktunya. Karena pilihan tersebut, Sugawa Korry tidak mendapatkan jatah jabatan sebagai Ketua Komisi atau Ketua Fraksi di DPRD Bali 2009-2014.
Padahal, kala itu ia menjabat sebagai Ketua Bappilu DPD I Golkar Bali. Sikap nyentrik lainnya adalah menolak penunjukkan
dirinya oleh DPP sebagai Ketua DPD 1 Golkar Bali saat terjadi deadlock Musda 2016 yang mempertemukan I Ketut Sudikerta dan I Wayan Geredeg.
“Kalau saya mau, berarti saya mengkhianati keduanya (Sudikerta dan Geredeg, red) dan partai akan semakin pecah,” jelasnya.
Dengan tegas, politisi asli Buleleng itu mengaku sudah sangat letih menghadapi “perpecahan” dan intrik politik di internal Golkar.
“Golkar sudah terlalu lama menghadapi perpecahan dan ketegangan di internal partai. Utamanya sejak 2016 ketika ada dualisme di DPP Golkar: Ancol dan Bali.
Kemudian setahun terakhir di Bali dengan adanya isu Musdalub, Plt, dan lainnya. Energi partai akhirnya habis hanya untuk itu,” tegasnya.
Sugawa menekankan bila dirinya ikut bertarung merebut posisi 1 Golkar Bali, maka perpecahan dan konflik internal akan kian meruncing.
“Sekarang Pak Demer jelas sudah mengatakan maju. Jadi, kalau Beliau menyatakan maju dan saya menyatakan maju,
pasti akan ada perpecahan dan saya tidak menghendaki itu,” ungkapnya sembari menyebut Plt Ketua DPD II Golkar se-Bali memiliki hak suara dalam Musda merujuk pada Munas Golkar.
“Pak Demer tentu punya alasan yang kuat dan mendasar sehingga menentukan pilihan bertarung menjadi Ketua DPD 1 Golkar Bali.
Bila terpilih, otomatis Beliau akan menanggalkan jabatan di DPP Golkar. Padahal posisi tersebut lebih bergengsi,” tutupnya.