TEJAKULA– Kawasan perbukitan di Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, kini dilengkapi dengan alat early warning system (EWS) alias alat deteksi dini tanah longsor.
Deteksi dini diharapkan bisa memberi kesempatan pada warga untuk melakukan evakuasi, bila terjadi potensi bencana.
Alat itu dipasang di dekat Pura Ratu Gede Sambangan Tejakula. Lokasi pemasangan disesuaikan dengan potensi bencana yang telah dipetakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng.
Selasa (25/2), tim dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Universitas Gajah Mada (UGM) juga mengecek alat tersebut.
Apakah masih berfungsi sesuai harapan, atau sudah mengalami kerusakan.
Kepala BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan, alat tersebut bisa menjadi alat deteksi dini terhadap potensi pergeseran tanah. Potensi ini bisa memicu bencana yang lebih besar, seperti tanah longsor maupun banjir bandang.
Suadnyana mengatakan, potensi longsor yang terjadi di Tejakula cukup besar. Mengingat kemiringan tebing cukup tinggi. Ditambah lagi, material yang ada di punggung perbukitan berupa batu-batu berukuran jumbo.
Terbukti dalam beberapa kali musibah longsor maupun banjir bandang, cukup banyak batu dengan ukuran sebesar mobil yang hanyut terbawa material.
“Manakala ada potensi terjadi longsoran, alat itu akan berbunyi. Sehingga masyarakat bisa waspada dan melakukan evakuasi lebih cepat,” kata Suadnyana.
Suadnyana mengatakan, BPBD Buleleng sebenarnya mengajukan permohonan pengadaan tiga unit alat deteksi longsor pada BNPB. Namun untuk sementara, pemerintah baru mendapat satu unit alat saja.
Idealnya, dibutuhkan dua unit alat lagi. Satu unit akan dipasang di kawasan Wanagiri, dan satu unit lagi dipasang di wilayah Desa Munduk.
“Sebelum pemasangan ini juga sudah ada assessment dari BNPB. Untuk sementara memang baru Tejakula saja. Setiap tahun akan kami usulkan ke BNPB, sehingga langkah mitigasi bisa lebih optimal,” demikian Suadnyana.