32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:11 PM WIB

Ternyata Nama Gede Doni Tak Pernah Tercatat di Kampus SHS Singaraja

SINGARAJA – Kasus dugaan penipuan dengan iming-iming menjadi pekerja kapal pesiar yang dilakukan I Gede Doni Wiantana memantik reaksi dari kampus Singaraja Hotel School (SHS).

 

Reaksi kampus SHS atas kasus penipuan yang dilakukan Gede Doni, karena sebelumnya, pelaku  yang kini diketahui kabur dan menghilang bersama Komang Adi Setiadi alias Fredy dengan membawa kabur uang Rp 250 juta itu sempat mencatut nama SHS.

 

Direktur Kampus Singaraja Hotel School (SHS) Singaraja Made Sukamaji menyebut tidak tahu menahu lembaganya dibawa-bawa oleh I Gede Doni Wiantana, putra dari  I Kadek Yusadana warga Banjar Dinas Padma Kencana, Desa Telaga, Busungbiu yang mendadak menghilang setelah pamit untuk bekerja di kapal pesiar.

 

“Gede Doni Wiantana tidak tercatat di lembaga kami sebagai seorang mahasiswa, karena memang tidak pernah mendaftarkan diri di kampus tersebut sebagai peserta didik dan belum mengikuti perkulihan” tegas Sukamaji.

 

Lebih lanjut, Sukamaji mengaku, jika Komang Adi Setiadi alias Fredy warga Desa Lokapaksa memang pernah datang ke kempusnya untuk menanyakan lowongan kerja ke Turki yang katanya untuk istrinya.

 

Bahkan Fredy juga sempat menitipkan ijazah yang diakui sebagai keponakan dia dan akan mendaftar di SHS.

 

Namun setelah itu dia tidak ada kabar hingga polisi datang dan menanyakan soal Fredy dan Doni,” ungkap Suakamaji Selasa (25/2).

 

Selain itu, diakui Sumamaji, Fredy memang benar alumnus di SHS, namun tindak tanduknya tak ada hubungan dengan lembaga dimana dia pernah belajar.

 

Sedangkan soal ijazah atas nama Gede Doni Wiantana, kata Sukamaji, telah diambil polisi beberapa saat setelah orang tua Gede Doni, Yusadana, menelepon menanyakan keberadaan Doni.

 

“Ijazah yang dititipkan Fredy setelah saya cek. Ijazah asli SMP dan ijazah SMA bukan asli tetapi hanya sebatas fotocopy ijazah. Semua sudah diambil polisi,” ujarnya.

 

Atas kejadian ini, pihak kampus turut merasa prihatin dengan kasus yang menimpa orang tua Kadek Yusadana.  

 

Kampus SHS setelah 20 tahun berdiri  baru kali ini ada modus seperti ini. Oleh karena itu kami sangat berhati-hati dan selektif mengelola lembaga ini. Apalagi soal penerimaan mahasiswa,” tandasnya.

SINGARAJA – Kasus dugaan penipuan dengan iming-iming menjadi pekerja kapal pesiar yang dilakukan I Gede Doni Wiantana memantik reaksi dari kampus Singaraja Hotel School (SHS).

 

Reaksi kampus SHS atas kasus penipuan yang dilakukan Gede Doni, karena sebelumnya, pelaku  yang kini diketahui kabur dan menghilang bersama Komang Adi Setiadi alias Fredy dengan membawa kabur uang Rp 250 juta itu sempat mencatut nama SHS.

 

Direktur Kampus Singaraja Hotel School (SHS) Singaraja Made Sukamaji menyebut tidak tahu menahu lembaganya dibawa-bawa oleh I Gede Doni Wiantana, putra dari  I Kadek Yusadana warga Banjar Dinas Padma Kencana, Desa Telaga, Busungbiu yang mendadak menghilang setelah pamit untuk bekerja di kapal pesiar.

 

“Gede Doni Wiantana tidak tercatat di lembaga kami sebagai seorang mahasiswa, karena memang tidak pernah mendaftarkan diri di kampus tersebut sebagai peserta didik dan belum mengikuti perkulihan” tegas Sukamaji.

 

Lebih lanjut, Sukamaji mengaku, jika Komang Adi Setiadi alias Fredy warga Desa Lokapaksa memang pernah datang ke kempusnya untuk menanyakan lowongan kerja ke Turki yang katanya untuk istrinya.

 

Bahkan Fredy juga sempat menitipkan ijazah yang diakui sebagai keponakan dia dan akan mendaftar di SHS.

 

Namun setelah itu dia tidak ada kabar hingga polisi datang dan menanyakan soal Fredy dan Doni,” ungkap Suakamaji Selasa (25/2).

 

Selain itu, diakui Sumamaji, Fredy memang benar alumnus di SHS, namun tindak tanduknya tak ada hubungan dengan lembaga dimana dia pernah belajar.

 

Sedangkan soal ijazah atas nama Gede Doni Wiantana, kata Sukamaji, telah diambil polisi beberapa saat setelah orang tua Gede Doni, Yusadana, menelepon menanyakan keberadaan Doni.

 

“Ijazah yang dititipkan Fredy setelah saya cek. Ijazah asli SMP dan ijazah SMA bukan asli tetapi hanya sebatas fotocopy ijazah. Semua sudah diambil polisi,” ujarnya.

 

Atas kejadian ini, pihak kampus turut merasa prihatin dengan kasus yang menimpa orang tua Kadek Yusadana.  

 

Kampus SHS setelah 20 tahun berdiri  baru kali ini ada modus seperti ini. Oleh karena itu kami sangat berhati-hati dan selektif mengelola lembaga ini. Apalagi soal penerimaan mahasiswa,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/