33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 11:53 AM WIB

Ritual Nunas Don Bingin, Warga Selat Karangasem Berjalan 1 Kilometer

AMLAPURA-Ritual nunas don bingin (mengambil daun beringin) dilakukan Desa Adat Geriana Kangin, Duda Utara, Selat, Karangasem  Sabtu (29/2).

Ritual ini dilakukan sekitar pukul 08.00 wita dengan berjalan kaki atau mepeed menuju Desa adat Karangsari, Dusun Perangsari Kelod, Duda Utara, Selat.

Krama (warga) berjalan sejauh 1 km menuju pohon berigin yang berada di sebeleh selatan Pura Puseh, Karangsari.

Ritual ini dipuput Jro Mangku Desa adat Karangsari.

Selanjutnya daun bingin diambil dengan menggunakan taah atau sabit sudamala.

Dimana sabit khusus yang memang disucikan untuk mengambil daun bingin.

Pengambilan dilakukan mulai dari pojok barat laut kemudian ke timur laut, tenggara, lalu barat daya secara murwa daksina (perputaran berlawanan arah dengan jarum jam).

 

Daun beringin yang diambil tersebut tidak boleh jatih menyentuh tanah.

Sehingga pengayah langsung menangkap daun bingin yang jatuh.

Daun beringin tersebut kemudian diambil ditaruh diatas kain putih panjang yang diusung secara bersama sama oleh kerama istri (wanita red) Desa adat.

Begitu penuh di kain putih tersebut diusung dan menuju pura puseh dengan mepeed atau berjalan kaki kembali sejauh 1 km. sampai di Pura Puseh dilakukan pemendak.

Selama perjalanan diiringi dengan gambelan bale ganjur di depan dan paling belakang.

Sementara itu menurut Jro Mangku Gede Nuragia, Kubayan Desa adat Geriana Kangin yang juga Pemangku Pura Dalem mengakui kalau ritual tersebut  wajib dilakukan kalau karya besar.

Don bingin tersebut sangat disucikan dan akan dijadikan peralatan piranti upacara utamanya di Catur dan di suci.

Upacara Ngersi Gana, Nubung Daging, Pedudusan Agung lan Mepeselang puncaknya dilakukan 7 April mendatang. Karya kali ini sudah dilkukan sejak 32 tahun lalu seteleh Gunung Agung meletus. Kali ini Karya digelar kembali.

“Kalau don bingin di pergunakan untuk Dewa Dewi (perujudan Dwsa dan Dewi red) untuk di letakan di panggungan,” ujar Jro Mangku Gede. Ngelungsur daun bingin itu kayu artintinya kayun atau pikiran. Jadi untuk menyatukan pikiran agar karya agung yang dilakukan bisa berjalan dengan baik. Yakni dilakukan secara iklas.

Agar Karya betul betul  dari pikiran suci sehingga dilenkapi dengan ritual. Ngelungsir dari manic bingin sebagai yang utama. Bingin merupaan salah satu pohon sakral sebagai lambang perusa predana. Daun beringin di olah menjadi lambang lambang Tuhan juga lambang Ongkara.

 

Karya Kali ini termasuk tingkatan utama dan mepeselang. Karya juga menggunakan tiga ekor kerbau.

Tiga kerbau tersebut kerbau biasa, Jos Merana dan anggrek ulan, induk yang putih anak hitam dan Jos merana sebaliknya induk hitam anak putih, Jos merana saat Ide Petara tedun ke peselang.

Sementara yang anggrek ulan saat neudang ide betara tirta. Sementara kerbau biasa dipakai di Catur.

AMLAPURA-Ritual nunas don bingin (mengambil daun beringin) dilakukan Desa Adat Geriana Kangin, Duda Utara, Selat, Karangasem  Sabtu (29/2).

Ritual ini dilakukan sekitar pukul 08.00 wita dengan berjalan kaki atau mepeed menuju Desa adat Karangsari, Dusun Perangsari Kelod, Duda Utara, Selat.

Krama (warga) berjalan sejauh 1 km menuju pohon berigin yang berada di sebeleh selatan Pura Puseh, Karangsari.

Ritual ini dipuput Jro Mangku Desa adat Karangsari.

Selanjutnya daun bingin diambil dengan menggunakan taah atau sabit sudamala.

Dimana sabit khusus yang memang disucikan untuk mengambil daun bingin.

Pengambilan dilakukan mulai dari pojok barat laut kemudian ke timur laut, tenggara, lalu barat daya secara murwa daksina (perputaran berlawanan arah dengan jarum jam).

 

Daun beringin yang diambil tersebut tidak boleh jatih menyentuh tanah.

Sehingga pengayah langsung menangkap daun bingin yang jatuh.

Daun beringin tersebut kemudian diambil ditaruh diatas kain putih panjang yang diusung secara bersama sama oleh kerama istri (wanita red) Desa adat.

Begitu penuh di kain putih tersebut diusung dan menuju pura puseh dengan mepeed atau berjalan kaki kembali sejauh 1 km. sampai di Pura Puseh dilakukan pemendak.

Selama perjalanan diiringi dengan gambelan bale ganjur di depan dan paling belakang.

Sementara itu menurut Jro Mangku Gede Nuragia, Kubayan Desa adat Geriana Kangin yang juga Pemangku Pura Dalem mengakui kalau ritual tersebut  wajib dilakukan kalau karya besar.

Don bingin tersebut sangat disucikan dan akan dijadikan peralatan piranti upacara utamanya di Catur dan di suci.

Upacara Ngersi Gana, Nubung Daging, Pedudusan Agung lan Mepeselang puncaknya dilakukan 7 April mendatang. Karya kali ini sudah dilkukan sejak 32 tahun lalu seteleh Gunung Agung meletus. Kali ini Karya digelar kembali.

“Kalau don bingin di pergunakan untuk Dewa Dewi (perujudan Dwsa dan Dewi red) untuk di letakan di panggungan,” ujar Jro Mangku Gede. Ngelungsur daun bingin itu kayu artintinya kayun atau pikiran. Jadi untuk menyatukan pikiran agar karya agung yang dilakukan bisa berjalan dengan baik. Yakni dilakukan secara iklas.

Agar Karya betul betul  dari pikiran suci sehingga dilenkapi dengan ritual. Ngelungsir dari manic bingin sebagai yang utama. Bingin merupaan salah satu pohon sakral sebagai lambang perusa predana. Daun beringin di olah menjadi lambang lambang Tuhan juga lambang Ongkara.

 

Karya Kali ini termasuk tingkatan utama dan mepeselang. Karya juga menggunakan tiga ekor kerbau.

Tiga kerbau tersebut kerbau biasa, Jos Merana dan anggrek ulan, induk yang putih anak hitam dan Jos merana sebaliknya induk hitam anak putih, Jos merana saat Ide Petara tedun ke peselang.

Sementara yang anggrek ulan saat neudang ide betara tirta. Sementara kerbau biasa dipakai di Catur.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/