27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 0:44 AM WIB

Satu Poin Kontra Tim Promosi, Bisakah Bali United Ubah Tradisi?

DENPASAR – Jika merunut sejarah Indonesia Super League (ISL) yang bergulir sejak tahun 2008, belum ada tim yang berhasil back to back champions.

Apalagi setelah era Liga 1 pada tahun 2017, sang juara selalu melempem dimusim berikutnya. Contoh Persija Jakarta yang juara Liga 1 2018, tetapi justru amburadul dan hampir degredasi di musim 2019.

Bali United yang menahbiskan diri sebagai The Real Champions pada tahun 2017, juga terseok-seok diperingkat 11 saat Liga 1 2018.

PSIS dan Persebaya Surabaya sebagai tim promosi kala itu bahkan lebih baik peringkatnya dari Serdadu Tridatu.

Jika ditarik kebelakang lebih jauh lagi, masih belum ada yang bisa mengalahkan torehan empat klub seperti Niac Mitra Surabaya, Yanita Utama, Krama Yudha Tiga Berlian, dan Pelita Jaya.

Mereka semua pernah merasakan dua kali juara beruntun di era Galatama. Namun sayang, klub tersebut sudah musnah tinggal debu.

Hegemoni sepak bola Indonesia sangat besar jika dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Tapi, prestasi klub-klub negara lain di Asia Tenggara justru lebih mentereng.

Johor Darul Ta’zim (JDT) di Malaysia, Buriram United, dan Muangthong United di Liga Thailand menjadi beberapa contoh.

Ketiga klub ini berhasil menjadi klub yang mendominasi di kompetisi domestik. Di kompetisi Asia, mereka juga cukup terkenal.

JDT bahkan pernah meraih gelar AFC Cup pada tahun 2015 dibawah kepemimpinan Roberto Carlos Mario Gomez yang sekarang menukangi Arema FC.

Bali United sebenarnya bisa menyandingkan diri dengan tiga klub elite Asia Tenggara tersebut. Hanya saja, bisakah Bali United melakukannya?

Apakah musim ini Nadeo Arga Winata dan kolega bisa mendobrak tradisi buruk sang juara Liga Indonesia atau justru ikut larut dalam tradisi kelam tersebut?

Entahlah. Justru di laga perdana kontra Persita Tangerang, kemarin malam, Brwa Nouri dkk terlihat melempem. Mereka gagal merebut tiga poin dari klub yang ditukangi sang mantan: Widodo Cahyono Putro. 

DENPASAR – Jika merunut sejarah Indonesia Super League (ISL) yang bergulir sejak tahun 2008, belum ada tim yang berhasil back to back champions.

Apalagi setelah era Liga 1 pada tahun 2017, sang juara selalu melempem dimusim berikutnya. Contoh Persija Jakarta yang juara Liga 1 2018, tetapi justru amburadul dan hampir degredasi di musim 2019.

Bali United yang menahbiskan diri sebagai The Real Champions pada tahun 2017, juga terseok-seok diperingkat 11 saat Liga 1 2018.

PSIS dan Persebaya Surabaya sebagai tim promosi kala itu bahkan lebih baik peringkatnya dari Serdadu Tridatu.

Jika ditarik kebelakang lebih jauh lagi, masih belum ada yang bisa mengalahkan torehan empat klub seperti Niac Mitra Surabaya, Yanita Utama, Krama Yudha Tiga Berlian, dan Pelita Jaya.

Mereka semua pernah merasakan dua kali juara beruntun di era Galatama. Namun sayang, klub tersebut sudah musnah tinggal debu.

Hegemoni sepak bola Indonesia sangat besar jika dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Tapi, prestasi klub-klub negara lain di Asia Tenggara justru lebih mentereng.

Johor Darul Ta’zim (JDT) di Malaysia, Buriram United, dan Muangthong United di Liga Thailand menjadi beberapa contoh.

Ketiga klub ini berhasil menjadi klub yang mendominasi di kompetisi domestik. Di kompetisi Asia, mereka juga cukup terkenal.

JDT bahkan pernah meraih gelar AFC Cup pada tahun 2015 dibawah kepemimpinan Roberto Carlos Mario Gomez yang sekarang menukangi Arema FC.

Bali United sebenarnya bisa menyandingkan diri dengan tiga klub elite Asia Tenggara tersebut. Hanya saja, bisakah Bali United melakukannya?

Apakah musim ini Nadeo Arga Winata dan kolega bisa mendobrak tradisi buruk sang juara Liga Indonesia atau justru ikut larut dalam tradisi kelam tersebut?

Entahlah. Justru di laga perdana kontra Persita Tangerang, kemarin malam, Brwa Nouri dkk terlihat melempem. Mereka gagal merebut tiga poin dari klub yang ditukangi sang mantan: Widodo Cahyono Putro. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/