33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:43 PM WIB

Dampak Corona, PLN Beri Kelonggaran Bagi Pengusaha Hotel dan Restoran

GIANYAR – Wabah virus corona benar-benar membuat pengusaha hotel dan restoran di Kabupaten Gianyar was-was.

 

Kecemasan para pengusaha hotel dan restoran itu, yakni dengan tingginya beban biaya operasional yang tak sebanding dengan pemasukan akibat sepinya kunjungan.

 

Salah satu beban operasional yakni tagihan listrik.

Mengantisipasi hal itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bali Timur memberikan kelonggaran pada daya.

 

Manager PLN Bali Timur, Edi Cahyono mengaku virus Corona mengancam pariwisata.

 

“Infonya pendapatan Bali turun sampai ratusan miliar. Beberapa hotel sempat nanya, ada solusi?,” ujar Edi didampingi Manager Pemasaran, Oscar, saat pemaparan kondisi kelistrikan wilayah Bali Timur, Jumat (6/3).

 

PLN pun memberikan opsi kepada hotel untuk menurunkan daya. “Nanti kalau sudah ramai lagi, kami ada diskon 50 persen untuk tambah daya,” jelasnya.

 

Dia mencontohkan hotel besar yang membayar tagihan listrik. Yakni hotel Westin bisa membayar tagihan listrik mencapai Rp 50 jutaan.

 

“Maka kami berikan pilihan. Apakah turun daya. Dan nanti bisa naik daya lagi,” jelasnya.

 

Kebijakan lainnya, PLN juga memberikan cuti daya selama 12 bulan.

 

“Itu bisa diperoleh dengan membuat permohonan kepada PLN. Tapi sampai saat ini belum ada yang mengajukan,” imbuhnya.

 

Sedangkan, keringanan lain, kata dia, masih menunggu arahan pusat.

 

“Kebijakan lainnya nanti kami menunggu direktur kami,” terangnya.

 

Sementara Manager Pemasaran, Oscar menambahkan, di Gianyar, pelanggan listrik didominasi oleh rumah tangga. Disusul pelanggan dari kalangan hotel.

 

“Dua pelanggan itu terbesar di Gianyar, kemudian kalangan industri,” pungkasnya

 

Sedangkan ditempat terpisah, dari pantauan Jawa Pos Radar Bali, wabah Corona tidak saja berdampak di Ubud.

 

Pedagang sovenir di pasar seni Sukawati juga merasakan dampak Corona. Saking sepinya, beberapa kios sampai ada yang tutup.

 

Salah satu pedagang, Ni Nengah Asti mengaku sejak Februari lalu, pengunjung mulai merosot.

 

“Biasanya ramai. Ada saja yang datang keluar masuk di sini,” ujarnya.

 

Namun memasuki Maret ini, pengunjung ke pasar seni bisa dihitung jari. “Karena gak ada pengunjung, ya agak turun pemasukan,” tukasnya

GIANYAR – Wabah virus corona benar-benar membuat pengusaha hotel dan restoran di Kabupaten Gianyar was-was.

 

Kecemasan para pengusaha hotel dan restoran itu, yakni dengan tingginya beban biaya operasional yang tak sebanding dengan pemasukan akibat sepinya kunjungan.

 

Salah satu beban operasional yakni tagihan listrik.

Mengantisipasi hal itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bali Timur memberikan kelonggaran pada daya.

 

Manager PLN Bali Timur, Edi Cahyono mengaku virus Corona mengancam pariwisata.

 

“Infonya pendapatan Bali turun sampai ratusan miliar. Beberapa hotel sempat nanya, ada solusi?,” ujar Edi didampingi Manager Pemasaran, Oscar, saat pemaparan kondisi kelistrikan wilayah Bali Timur, Jumat (6/3).

 

PLN pun memberikan opsi kepada hotel untuk menurunkan daya. “Nanti kalau sudah ramai lagi, kami ada diskon 50 persen untuk tambah daya,” jelasnya.

 

Dia mencontohkan hotel besar yang membayar tagihan listrik. Yakni hotel Westin bisa membayar tagihan listrik mencapai Rp 50 jutaan.

 

“Maka kami berikan pilihan. Apakah turun daya. Dan nanti bisa naik daya lagi,” jelasnya.

 

Kebijakan lainnya, PLN juga memberikan cuti daya selama 12 bulan.

 

“Itu bisa diperoleh dengan membuat permohonan kepada PLN. Tapi sampai saat ini belum ada yang mengajukan,” imbuhnya.

 

Sedangkan, keringanan lain, kata dia, masih menunggu arahan pusat.

 

“Kebijakan lainnya nanti kami menunggu direktur kami,” terangnya.

 

Sementara Manager Pemasaran, Oscar menambahkan, di Gianyar, pelanggan listrik didominasi oleh rumah tangga. Disusul pelanggan dari kalangan hotel.

 

“Dua pelanggan itu terbesar di Gianyar, kemudian kalangan industri,” pungkasnya

 

Sedangkan ditempat terpisah, dari pantauan Jawa Pos Radar Bali, wabah Corona tidak saja berdampak di Ubud.

 

Pedagang sovenir di pasar seni Sukawati juga merasakan dampak Corona. Saking sepinya, beberapa kios sampai ada yang tutup.

 

Salah satu pedagang, Ni Nengah Asti mengaku sejak Februari lalu, pengunjung mulai merosot.

 

“Biasanya ramai. Ada saja yang datang keluar masuk di sini,” ujarnya.

 

Namun memasuki Maret ini, pengunjung ke pasar seni bisa dihitung jari. “Karena gak ada pengunjung, ya agak turun pemasukan,” tukasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/