GIANYAR – Para perwakilan sulinggih lintas soroh berkumpul di Kantor Bupati Gianyar pada Rabu (11/3) pukul 13.00.
Bupati Gianyar, Made Mahayastra bersama wakilnya, Anak Agung Mayun, memohon petunjuk kepada sulinggih untuk mencegah tiga masalah besar yang kerap melanda Gianyar.
Yakni mengatasi maraknya bunuh diri, babi mati dan corona. “Bunuh diri, hampir tiap minggu ada. Lalu babi mati menyeluruh. Termasuk corona ini kita kan bergantung 70 persen dari pariwisata,” ujar Mahayastra.
Bupati mengaku telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi masalah itu. “Kami sudah lakukan langkah maksimal.
Namun, tak cukup dilakukan dilakukan sifatnya SOP (Standar Operasional Prosedur, red) saja. Harus ada pandangan dari Sulinggih (para pendeta),” jelasnya.
Para sulinggih kemudian memberikan pandangan dari lontar-lontar kuno. “Ada banyak lontar yang menyebut mengenai masalah yang persis sama seperti saat ini,” ujarnya.
Salah satu lontar yang hampir persis merekam masalah saat ini, adalah Roga Sangraha Bumi. “Akhirnya semua Sulinggih sepakat dengan Roga Sangraha Bumi ini dijadikan acuan,” ujarnya.
Selanjutnya, akan dilakukan doa atau upaya penanggulangan secara Niskala (tak kelihatan).
“Pemutusnya itu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Cobaan cukup berat. Kalau bisa selesai dan kita membangun lagi. Baik babi mati, corona dan lainnya,” jelasnya.
Untuk upacara yang akan dilakuka adalah Tawur Labuh Gentuh. “Saat ulat bulu dan erupsi Gunung Agung dulu kami lakukan.
Dulu terkabul dan berhasil. Gianyar daerahnya sakral dan spiritual. Maka kami minta tuntunan dari para Sulinggih,” jelasnya.
Mengenai waktu pelaksanaan akan menunggu petunjuk dari pemerintah provinsi. Karena provinsi juga akan melakukan pertemuan serupa.
“Lokasinya di pasisi (pesisir, red) Gianyar. Bisa Masceti atau pantai Siyut. Kalau Siyut sejarahnya itu tempat pembuangan penyakit. Yang penting di pantai selatan,” terangnya.
Lanjut bupati, meski kunjungan turun, namun belum berdampak pada pendapatan daerah.
“Untuk Januari-Februari justru pendapatan kami meningkat. Karena kunjungan turun mulai Maret. Tapi untuk Maret belum terekam, biasanya setiap tanggal 15,” ungkapnya.
Pihaknya optimistis pendapatan total tahun ini bisa terealisasi. “Ini berfluktuasi. Nanti ada high season juga. Meningkat,” pungkasnya yakin soal target pendapatan dari sektor pariwisata.
Sementara itu, Ida Pedanda Wayahan Bun dari Geria Sanur Pejeng, menyatakan ciri-ciri yang timbul saat ini tertuang dalam lontar Roga Sangraha Bumi.
Sesuai lontar, upacara akan digelar di pinggir pantai karena diperkirakan semua penyakit itu datangnya dari laut.
“Peristiwa ini meski tidak 100 persen (antara lontar dengan kasus mirip, red), itu sangat dipengaruhi ulah manusia,” ujarnya.
Lanjut dia, untuk corona memang belum berdampak langsung. Karena belum ada masyarakat yang kena corona.
Namun, Pedanda menyebut di Bali yang berpengaruh langsung adalah kematian mati. “Maka pengalaman dulu, penanggulangan terdahulu melakukan upacara ini cukup berhasil,” pungkasnya.