MANGUPURA – Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Provinsi Bali menggelar Lokasabha ke- X bertempat di Ruang Pertemuan Kertha Gosana, Pusat Pemerintahan Mangupraja Mandala, Minggu (15/3).
Lokasabha yang mengambil Tema “Melalui Lokasabha X MGPSSR Provinsi Bali, Kita Mantapkan Regenerasi Pasek Menuju Pemimpin Bali Yang Visioner”,
dibuka oleh Gubernur Bali Wayan Koster ditandai dengan pemukulan gong dan dihadiri oleh Bupati Badung yang juga sekaligus sebagai Ketua MGPSSR Kabupaten Badung I Nyoman Giri Prasta,
Ketua MGPSSR Pusat I Wayan Wita, Ketua MGPSSR Provinsi Bali Wisnu Bawa Temaja, Ketua MGPSSR Kabupaten/Kota se-Bali serta Semeton MGPSSR seluruh Bali.
Pada Lokasabha tersebut I Nyoman Giri Prasta terpilih secara aklamasi dan ditetapkan sebagai Ketua Umum MGPSSR Provinsi Bali masa bhakti 2020-2025 berdasar
kesepakatan dan pandangan umum dari seluruh Ketua MGPSSR Kabupaten/Kota se-Bali sedangkan Ketua MGPSSR periode 2015-2020 Wisnu Bawa Temaja sebagai Saba Welaka.
Pasca terpilih menahkodai MGPSSR Provinsi Bali, Giri Prasta menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh Semeton Pasek yang ada di seluruh wilayah provinsi Bali
atas kepercayaan yang diberikan dalam memimpin MGPSSR Provinsi yang merupakan organisasi yang berbasis kekeluargaan terbesar yang ada di wilayah Provinsi Bali.
“Sekarang saya dipercaya untuk ngayah dijenjang yang lebih tinggi untuk memimpin Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi, karena 4 tahun sebelumnya
saya sudah menjadi Ketua MGPSSR Kabupaten Badung. Untuk kedepannya saya akan merancang program yang berkaitan dengan kegiatan operasional pengurus di masing-masing kabupaten/kota,” katanya
seraya berharap pengurus kabupaten/kota berperan aktif dalam memetakan dan mendata Semeton yang ada di wilayahnya masing-masing, terkait berapa jumlah dadia, paibon dan kawitan Pasek.
Pihaknya juga berkomitmen untuk menuntaskan pembangunan fisik Pura Linggih Genah Ida betara Pasek di Punduk Dawa.
Lebih lanjut dikatakan, Paiketan MGPSSR merupakan organisasi yang berbasis kekeluargaan yang didasari oleh kesamaan ideologi dan biologis (hubungan darah)
yang didasari oleh 3 prinsip yaitu saling sumbah (kawitan sama), saling tadik (kesamaan rasa) dan sidi kara (duduk sama rendah berdiri sama tinggi).
Untuk itu ditekankan agar Semeton Pasek menjadi organisasi pemersatu masyarakat dimana pun berada dengan selalu bakti ring kawitan serta tindih ring bisama.
“Saya minta Semeton Pasek agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan ditengah heterogenisme masyarakat kita.
Mari kita mempersatukan Umat Hindu Bali tanpa memandang perbedaan yang ada karena pada prinsipnya kita semua sama.
Untuk itu kedepan kami di kabupaten akan menggunakan Sarwa Sedaka sebagai pemuput upacara yang ada sebagai wujud persatuan semua elemen
masyarakat yang ada di tatanan kehidupan beragama karena tujuan akhir hidup kita adalah Moksartham Jagathita Ya Ca Iti Dharma,” ujar Giri Prasta.
Sementara itu, Ketua panitia Lokasabha Made Adi Djaya melaporkan Lokasabha merupakan forum tertinggi 5 (lima) tahunan dalam organisasi MGPSSR tingkat provinsi
sebagaimana diatur dalam AD/ART MGPSSR yang dikaitkan dengan berakhirnya periode kepengurusan Pengurus MGPSSR Provinsi Bali periode 2015-2020 serta memilih pengurus yang baru.
Ketua MGPSSR Provinsi Bali periode 2015-2020, Wisnu Bawa Temaja mengatakan, selama 5 tahun menahkodai MGPSSR sudah mampu
meningkatkan rasa percaya diri dan menanamkan ideologi Kepasekan dari Ida Betara Kawitan dan Bisama dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.
Dikatakan kegiatan MGPSSR sudah sejalan dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati Badung untuk membantu
pemerintah daerah dalam membangun daerah dan menjaga dari hal-hal yang ingin merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Di antaranya membuat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) untuk menyelesaikan konflik dengan cara musyawarah, membangun Pura di Punduk Dawa untuk tempat sembahyang Krama Pasek.(rba)