25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:45 AM WIB

Ingatkan Tragedi Abad XIV Silam, Sudirta; Jangan Anggap Enteng Corona

DENPASAR- Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Bali, I Wayan Sudirta, SH mengimbau seluruh masyarakat khususnya di Bali untuk tidak menganggap enteng dampak pemdemi virus Covid-19 (Corona).

Bahkan dengan terus bertambahnya kasus, dan sebagai upaya untuk mencegah penularan yang makin massif, pihaknya juga meminta agar masyakat tetap disiplin, waspada, dan tidak lengah dengan tetap mematuhi semua rambu-rambu yang disampaikan pemerintah.

Salah satunya, selain mengajak warga dengan berpartisipasi melalui gerakan kecil membiasakan hidup sehat dan bersih, pengacara senior asal Bali ini juga berharap agar masyarakat tetap patuh pada imbauan Social distancing dengan tetap bekerja dari rumah dan tidak berkerumun atau berkumpul dan rentan untuk saling tertular atau menularkan virus.

“Mari kita berkaca dengan keluarbiasaan pandemi dan endemi seperti ini. Jangan anggap enteng,”tegas  Sudirta disela aksi sosial cegah penyebaran covid-19 dengan pasang wastafel di sejulah titik bersama para tokoh, masyarakat dan Keluarga Besar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali, di Jabapura Jagatnata, Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Senin (23/3).

Pasalnya menurut  Sudirta, jauh sebelum merebaknya wabah Corona seperti saat ini, situasi global juga pernah terjadi dan menimpa sejumlah Negara beberapa abad silam.

Dicontohkannya, pada abad ke-XIV, sejumlah Negara  di Asia Timur dan Eropa Barat pernah terjadi endemi dengan menelan korban diperkirakan mencapai antara 75 juta-200 juta jiwa.

“Pada Abad itu, ada 40 persen dari total seluruh penduduk di Inggris meninggal. Selain itu, di Kota Florence yang saat itu berpenduduk sekitar 100 ribu, sebanyak  50 ribu jiwa atau separonya tewas,”terang Sudirta.

Lebih lanjut, alasan tingginya korban jiwa pada Abad itu, karena menurut Sudirta, semua dalam kondisi serba sulit.

“Saat itu komunikasi sulit dan medis juga sulit. Tapi jumlah mereka itu luar biasa banyak. Karena mereka belum menemukan cara yang tepat,”ungkapnya.

Selain itu, contoh kedua yakni saat wabah cacar yang melanda Mexico dan kawasan Amerika Tengah pada tahun 1520 silam. Meski wabah ketika itu hanya berlangsung 9 bulan (Maret-Desember), namun akibat wabah cacar, kata Sudirta, Amerika Tengah harus kehilangan sepertiga penduduknya.

Ketiga, ketika wabah flu melanda sejumlah Negara  seperti Samoa, Haiti dan India tahun 1918. Meski hanya wabah flu. Tiga daerah ini harus kehilangan penduduknya dengan jumlah sangat besar.

“Samoa 20 persen penduduknya tewas. Haiti 14 persen, India yang berpenduduk luar biasa besarnya harus kehilangan 5 (lima) persen dari jumlah yang begitu banyak,”bebernya.

Untuk itu, dengan sederetan contoh tragedi pandemi dan endemi pada Abad XIV, XVI, dan XX, ia tidak ingin terulang saat ini. Terlebih lagi di Bali.

“Tentu dengan kondisi yang berbeda saat ini, dan dengan banyak cara atau kemudahan seperti komunikasi, medis dan lainnya saat ini. Saya yakin (Pandemi corona) ini pasti bisa diminimalisir,”tegasnya.

Salah satunya, upaya untuk menekan penyebaran itu, Sudirta mengingatkan agar masyarakat mau tinggal di rumah dan mau  mengikuti imbauan pemerintah.

“Sekali lagi mari kita berkaca dengan keluarbiasaan pandemi dan endemi ini. Kalau kita serius, kalau kita bandingkan dengan Abad ke-XIV, XVI dan XX, kita sudah ngeri melihat satu Negara sekarang bisa 3000 atau 5000 jiwa yang meninggal.

Tapi kalau mau kita mundur ke belakang, ada ratusan juta jiwa meninggal. Apa kita mau lengah? Sampai ada ratusan juta kembali seperti abad-abad sebelumnya? Kan tidak. Tentu caranya, yuk mari kita bersama-sama bekerja keras, mulai dari diri sendiri untuk menyelamatkan diri sendiri,”ujar Sudirta

DENPASAR- Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Bali, I Wayan Sudirta, SH mengimbau seluruh masyarakat khususnya di Bali untuk tidak menganggap enteng dampak pemdemi virus Covid-19 (Corona).

Bahkan dengan terus bertambahnya kasus, dan sebagai upaya untuk mencegah penularan yang makin massif, pihaknya juga meminta agar masyakat tetap disiplin, waspada, dan tidak lengah dengan tetap mematuhi semua rambu-rambu yang disampaikan pemerintah.

Salah satunya, selain mengajak warga dengan berpartisipasi melalui gerakan kecil membiasakan hidup sehat dan bersih, pengacara senior asal Bali ini juga berharap agar masyarakat tetap patuh pada imbauan Social distancing dengan tetap bekerja dari rumah dan tidak berkerumun atau berkumpul dan rentan untuk saling tertular atau menularkan virus.

“Mari kita berkaca dengan keluarbiasaan pandemi dan endemi seperti ini. Jangan anggap enteng,”tegas  Sudirta disela aksi sosial cegah penyebaran covid-19 dengan pasang wastafel di sejulah titik bersama para tokoh, masyarakat dan Keluarga Besar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali, di Jabapura Jagatnata, Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Senin (23/3).

Pasalnya menurut  Sudirta, jauh sebelum merebaknya wabah Corona seperti saat ini, situasi global juga pernah terjadi dan menimpa sejumlah Negara beberapa abad silam.

Dicontohkannya, pada abad ke-XIV, sejumlah Negara  di Asia Timur dan Eropa Barat pernah terjadi endemi dengan menelan korban diperkirakan mencapai antara 75 juta-200 juta jiwa.

“Pada Abad itu, ada 40 persen dari total seluruh penduduk di Inggris meninggal. Selain itu, di Kota Florence yang saat itu berpenduduk sekitar 100 ribu, sebanyak  50 ribu jiwa atau separonya tewas,”terang Sudirta.

Lebih lanjut, alasan tingginya korban jiwa pada Abad itu, karena menurut Sudirta, semua dalam kondisi serba sulit.

“Saat itu komunikasi sulit dan medis juga sulit. Tapi jumlah mereka itu luar biasa banyak. Karena mereka belum menemukan cara yang tepat,”ungkapnya.

Selain itu, contoh kedua yakni saat wabah cacar yang melanda Mexico dan kawasan Amerika Tengah pada tahun 1520 silam. Meski wabah ketika itu hanya berlangsung 9 bulan (Maret-Desember), namun akibat wabah cacar, kata Sudirta, Amerika Tengah harus kehilangan sepertiga penduduknya.

Ketiga, ketika wabah flu melanda sejumlah Negara  seperti Samoa, Haiti dan India tahun 1918. Meski hanya wabah flu. Tiga daerah ini harus kehilangan penduduknya dengan jumlah sangat besar.

“Samoa 20 persen penduduknya tewas. Haiti 14 persen, India yang berpenduduk luar biasa besarnya harus kehilangan 5 (lima) persen dari jumlah yang begitu banyak,”bebernya.

Untuk itu, dengan sederetan contoh tragedi pandemi dan endemi pada Abad XIV, XVI, dan XX, ia tidak ingin terulang saat ini. Terlebih lagi di Bali.

“Tentu dengan kondisi yang berbeda saat ini, dan dengan banyak cara atau kemudahan seperti komunikasi, medis dan lainnya saat ini. Saya yakin (Pandemi corona) ini pasti bisa diminimalisir,”tegasnya.

Salah satunya, upaya untuk menekan penyebaran itu, Sudirta mengingatkan agar masyarakat mau tinggal di rumah dan mau  mengikuti imbauan pemerintah.

“Sekali lagi mari kita berkaca dengan keluarbiasaan pandemi dan endemi ini. Kalau kita serius, kalau kita bandingkan dengan Abad ke-XIV, XVI dan XX, kita sudah ngeri melihat satu Negara sekarang bisa 3000 atau 5000 jiwa yang meninggal.

Tapi kalau mau kita mundur ke belakang, ada ratusan juta jiwa meninggal. Apa kita mau lengah? Sampai ada ratusan juta kembali seperti abad-abad sebelumnya? Kan tidak. Tentu caranya, yuk mari kita bersama-sama bekerja keras, mulai dari diri sendiri untuk menyelamatkan diri sendiri,”ujar Sudirta

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/