SINGARAJA – Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Bueleng, mengklaim RS Pratama Giri Emas segera siap dijadikan rumah sakit rujukan isolasi bagi pasien covid-19.
Pemerintah sudah menuntaskan proses konstruksi dan pengadaan alat-alat yang dibutuhkan. Alat-alat untuk mendukung perawatan medis di RS Pratama, sudah datang sejak Senin lalu (23/3).
Alat tersebut terdiri dari oksigen sentral, rontgen mobile, monitor pasien, serta beberapa alat medis lainnya.
“Alatnya sudah datang. Tadi (kemarin, Red) sudah dicek didampingi APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintahan). Sekarang tinggal pemasangan. Mudah-mudahan setelah Nyepi ini,
ruangan sudah siap dengan segala peralatan yang dipasang,” kata Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa.
Secara konstruksi, dari sembilan ruang perawatan yang ada di RS Pratama, sebanyak empat ruangan di antaranya sudah siap digunakan sebagai ruang isolasi.
Sementara ruangan lainnya akan disiapkan secara bertahap. “UGD juga sudah siap. Jadi, nanti fungsinya tidak jadi UGD lagi.
Tapi, jadi ruang screening. Setelah proses screening baru diputuskan, apakah akan dilakukan isolasi atau tidak,” imbuhnya.
Sementara untuk APD, Suyasa mengklaim pemerintah baru berhasil membeli 34 set baju hazmat dan 500 botol hand sanitizer.
Rencananya Pemkab Buleleng akan mendapatkan hibah 250 set baju hazmat. Sebayak 200 set di antaranya akan diperuntukkan di RSUD Buleleng dan 50 sisanya diperuntukkan di RS Pratama Giri Emas.
Di sisi lain, DPRD Buleleng kemarin mendonasikan dana senilai Rp 22,5 juta bagi tim penanggulangan covid-19 di RSUD Buleleng.
Dana itu merupakan hasil urunan anggota dewan. Hasil urunan itu langsung diserahkan pada Dirut RSUD Buleleng dr. Gede Wiartana.
Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengatakan, donasi itu diharapkan bisa digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga medis yang berjuang di garis depan penanganan covid-19.
Baik itu kebutuhan APD, masker, hand sanitizer, maupun operasional. “Kami paham jumlah ini tidak seberapa bagi prosedur penanggulangan yang butuh biaya besar.
Ini merupakan bentuk dukungan dan empati kami, terutama bagi tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi,” kata Supriatna.