32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:41 PM WIB

Cengkih Ampuh Bunuh Virus, Tak Berdampak Iritasi, Gratis untuk Rakyat

Di tengah pandemi Covid – 19, alat pelindung diri (APD) dan hand sanitaizer menjadi barang langka di masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Polda Bali bersama Universitas Udayana memproduksi hand sanitaizer dengan bahan campuran arak Bali dan cengkeh. Seperti apa?

 

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Jimbaran

MEMASUKI laboratorium analitik Universitas Udayana tercium aroma cengkeh yang kuat.  Banyak jiriken arak Bali memenuhi ruangan.

Maklum, Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana sedang menyelesaikan project dari Polda Bali membuat hand sanitaizer berbahan arak Bali dan cengkeh.

Arak merupakan minuman khas Bali dan baru-baru ini dilegalkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Mengingat hand sanitaizer langka di pasar, Kapolda Bali Irjen Petrus Golose mencoba menginisiasi membuat hand sanitaizer.

Ditemui di laboratorium Universitas Udayana, Jimbaran, Badung, kemarin, Koordinator Program Studi Farmasi Fakultas MIPA, Universitas Udayana,

Dewa Ayu Swastini menyatakan, dari 3.650 liter arak yang diberikan Polda Bali bisa menjadi 10 ribu liter hand sanitaizer. 

Arak yang didapat itu disuling atau diredestilasi di rotary evaporator yang kadar alkoholnya bisa mencapai 96 persen. 

Yang membedakan dengan pembersih tangah yang lain, komposisi alkohol sedikit supaya menghindari iritasi pada tangan.

Jadi didominasi aqua des. Bahan yang dipakai adalah cengkeh yang dipercaya lebih ampuh membunuh virus ditambah dengan vapidon iodine. 

Alkohol redestilasi ini dibuat oleh pakar-pakar Universitas Udayana  diformulasikan bio-handsanitizer  minyak cengkeh, minyak mint, vopidon iodine, dan alkohol resdestilasi diramu menjadi bio-handsanitizer.

Pemanfaatan vapidon iodine 0,2 persen mampu membunuh virus atau protein covid 19 dalam waktu empat detik.

“Efek samping dari alkohol dapat memicu iritasi kulit dan dapat menghilangkan lemak. Karena itu Tim Unud mencari inisiasi baru dengan kandungan alhokol sedikit

daripada sebelumnya seperti minyak cengkeh sangat efektif membutuh virus serta aqua des yang lebih banyak untuk menghindari iritasi,” ujar Dewa Ayu Swastini.

Untuk kebutuhan cengkeh didapat dari petani cengkeh Bali Utara. Di tempat yang sama hadir juga Kapolresta Denpasar AKBP Jansen Avitus Panjaitan.

AKBP Jansen mengatakan bahwa arak didapat langsung dari berbagai petani. Ada yang memberi cuma-cuma dan ada juga membeli dengan memberikan uang ganti rugi ke petani.

Disinggung apakah arak ini didapat dari hasil sitaan, AKBP Jansen membantah dan menegaskan itu didapat dari petani langsung. 

“Memformulasikan arak bahan baku muatan lokal dimanfaatkan bekerja sama dengan Unud dengan campuran lainnya dengan dibuat hand sanitaizer. Yang jelas untuk kemaslahatan diberikan cuma -cuma kepada masyarakat,” ucapnya. 

Hand sanitizer ini akan ditaruh di tiap-tiap kantor polisi. Jika ada masyarakat yang datang ke kantor langsung bisa diambil dan gratis. 

“Arak ini lokal kita yang ada di Bali. Dari petani bukan hasil sitaan diberikan  secara sukarela untuk kepentingan masyarakat bali. Ada yang berikan cuma-cuma. Ada yang kami berikan uang ganti rugi,” pungkasnya. (*)

 

Di tengah pandemi Covid – 19, alat pelindung diri (APD) dan hand sanitaizer menjadi barang langka di masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Polda Bali bersama Universitas Udayana memproduksi hand sanitaizer dengan bahan campuran arak Bali dan cengkeh. Seperti apa?

 

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Jimbaran

MEMASUKI laboratorium analitik Universitas Udayana tercium aroma cengkeh yang kuat.  Banyak jiriken arak Bali memenuhi ruangan.

Maklum, Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana sedang menyelesaikan project dari Polda Bali membuat hand sanitaizer berbahan arak Bali dan cengkeh.

Arak merupakan minuman khas Bali dan baru-baru ini dilegalkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Mengingat hand sanitaizer langka di pasar, Kapolda Bali Irjen Petrus Golose mencoba menginisiasi membuat hand sanitaizer.

Ditemui di laboratorium Universitas Udayana, Jimbaran, Badung, kemarin, Koordinator Program Studi Farmasi Fakultas MIPA, Universitas Udayana,

Dewa Ayu Swastini menyatakan, dari 3.650 liter arak yang diberikan Polda Bali bisa menjadi 10 ribu liter hand sanitaizer. 

Arak yang didapat itu disuling atau diredestilasi di rotary evaporator yang kadar alkoholnya bisa mencapai 96 persen. 

Yang membedakan dengan pembersih tangah yang lain, komposisi alkohol sedikit supaya menghindari iritasi pada tangan.

Jadi didominasi aqua des. Bahan yang dipakai adalah cengkeh yang dipercaya lebih ampuh membunuh virus ditambah dengan vapidon iodine. 

Alkohol redestilasi ini dibuat oleh pakar-pakar Universitas Udayana  diformulasikan bio-handsanitizer  minyak cengkeh, minyak mint, vopidon iodine, dan alkohol resdestilasi diramu menjadi bio-handsanitizer.

Pemanfaatan vapidon iodine 0,2 persen mampu membunuh virus atau protein covid 19 dalam waktu empat detik.

“Efek samping dari alkohol dapat memicu iritasi kulit dan dapat menghilangkan lemak. Karena itu Tim Unud mencari inisiasi baru dengan kandungan alhokol sedikit

daripada sebelumnya seperti minyak cengkeh sangat efektif membutuh virus serta aqua des yang lebih banyak untuk menghindari iritasi,” ujar Dewa Ayu Swastini.

Untuk kebutuhan cengkeh didapat dari petani cengkeh Bali Utara. Di tempat yang sama hadir juga Kapolresta Denpasar AKBP Jansen Avitus Panjaitan.

AKBP Jansen mengatakan bahwa arak didapat langsung dari berbagai petani. Ada yang memberi cuma-cuma dan ada juga membeli dengan memberikan uang ganti rugi ke petani.

Disinggung apakah arak ini didapat dari hasil sitaan, AKBP Jansen membantah dan menegaskan itu didapat dari petani langsung. 

“Memformulasikan arak bahan baku muatan lokal dimanfaatkan bekerja sama dengan Unud dengan campuran lainnya dengan dibuat hand sanitaizer. Yang jelas untuk kemaslahatan diberikan cuma -cuma kepada masyarakat,” ucapnya. 

Hand sanitizer ini akan ditaruh di tiap-tiap kantor polisi. Jika ada masyarakat yang datang ke kantor langsung bisa diambil dan gratis. 

“Arak ini lokal kita yang ada di Bali. Dari petani bukan hasil sitaan diberikan  secara sukarela untuk kepentingan masyarakat bali. Ada yang berikan cuma-cuma. Ada yang kami berikan uang ganti rugi,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/