33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:51 PM WIB

Pariwisata Bali Terjun Bebas, Desa Adat Kalibukbuk Bagikan Sembako

LOVINA – Kondisi pariwisata yang terjun bebas sejak sebulan terakhir, berdampak keras bagi masyarakat yang menggantungkan hidup mereka di sektor.

Tak terkecuali dengan di Kabupaten Buleleng. Kondisi keuangan warga yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata mulai kembang kempis, karena tak mendapat penghidupan.

Situasi itu mendapat perhatian dari Desa Adat Kalibukbuk. Desa adat ini merupakan salah satu desa adat penyangga Kawasan Wisata Lovina, bahkan terletak tepat di jantung dunia pariwisata Lovina.

Tak heran banyak krama di wilayah mereka yang terdampak. Menyadari situasi tersebut, pihak desa adat memutuskan menyuplai sembako kepada para krama.

Total ada 665 paket sembako yang disalurkan. Seluruh kepala keluarga turut menerima bantuan tersebut, terutama keluarga yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata.

Masing-masing keluarga menerima bantuan yang berbeda. Untuk krama dengan status truna, penyada, dan pesaren, menerima bantuan berupa 10 kilogram beras dan 30 butir telur.

Sementara untuk krama aktif mendapat bantuan 15 kilogram beras, 30 butir telur, serta uang tunai Rp 50ribu. Bantuan itu didistribusikan di Pura Desa Adat Kalibukbuk, sejak Selasa (7/4) pagi hingga sore.

Bendesa Adat Kalibukbuk Gede Subrata menjelaskan, ide itu muncul setelah muncul putusan untuk menunda seluruh prosesi upacara di pura.

Rencananya dalam sepekan kedepan, sejumlah ritual upacara akan dilaksanakan di Desa Adat Kalibukbuk. Tercatat ada empat pura yang harus melangsungkan upacara.

Yakni Pura Dalem, Pura Desa, Pura Bukit Sari, dan Pura Segara. Namun karena ada edaran dari parisadha untuk menunda upacara, maka upacara pun ditunda dan diganti dengan matur piuning yang dilanjutkan dengan guru piduka.

Sebenarnya pihak desa adat sudah menerima dana untuk pelaksanaan upacara dari Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kalibukbuk.

Karena upacara ditunda, akhirnya terpikir untuk menyalurkan dana tersebut pada masyarakat dalam bentuk sembako. Terlebih perekonomian krama di desa setempat sangat terpukul, dengan anjloknya sektor pariwisata.

“Saya sampaikan pada prajuru, saba desa, dan kertha desa, ternyata disetujui. Akhirnya program ini kami jalankan. Sumber dananya ya dana yang diberikan LPD untuk pelaksanaan upacara pura.

Karena upacara tahun ini tidak dilaksanakan, dananya kami kembalikan untuk krama. Apalagi dengan kondisi pariwisata seperti ini,

sedangkan sebagian besar krama kami hidup dari pariwisata,” kata Subrata saat ditemui di Pura Desa Kalibukbuk.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kalibukbuk Made Redita mengatakan, kondisi perekonomian masyarakat memang cukup terpukul karena anjloknya sektor pariwisata.

Sudah sebulan lebih, warga yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata, tidak mendapat pemasukan.

“Dengan stimulant seperti sembako ini, mudah-mudahan warga bisa bertahan. Karena kondisi ini sudah sebulan lebih berjalan, dan kondisinya memang sangat terpukul.

Banyak usaha yang memilih tutup. Bukannya ditutup pemerintah, tapi karena tidak ada tamu, tidak ada yang belanja, akhirnya tutup sendiri karena cost operasional tinggi,” jelas Redita.

Pihak desa adat memastikan, bantuan sembako itu bukan hanya dibagikan sekali saja. Rencananya sembako itu akan kembali dibagikan pada 30 April serta 15 Mei mendatang. 

LOVINA – Kondisi pariwisata yang terjun bebas sejak sebulan terakhir, berdampak keras bagi masyarakat yang menggantungkan hidup mereka di sektor.

Tak terkecuali dengan di Kabupaten Buleleng. Kondisi keuangan warga yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata mulai kembang kempis, karena tak mendapat penghidupan.

Situasi itu mendapat perhatian dari Desa Adat Kalibukbuk. Desa adat ini merupakan salah satu desa adat penyangga Kawasan Wisata Lovina, bahkan terletak tepat di jantung dunia pariwisata Lovina.

Tak heran banyak krama di wilayah mereka yang terdampak. Menyadari situasi tersebut, pihak desa adat memutuskan menyuplai sembako kepada para krama.

Total ada 665 paket sembako yang disalurkan. Seluruh kepala keluarga turut menerima bantuan tersebut, terutama keluarga yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata.

Masing-masing keluarga menerima bantuan yang berbeda. Untuk krama dengan status truna, penyada, dan pesaren, menerima bantuan berupa 10 kilogram beras dan 30 butir telur.

Sementara untuk krama aktif mendapat bantuan 15 kilogram beras, 30 butir telur, serta uang tunai Rp 50ribu. Bantuan itu didistribusikan di Pura Desa Adat Kalibukbuk, sejak Selasa (7/4) pagi hingga sore.

Bendesa Adat Kalibukbuk Gede Subrata menjelaskan, ide itu muncul setelah muncul putusan untuk menunda seluruh prosesi upacara di pura.

Rencananya dalam sepekan kedepan, sejumlah ritual upacara akan dilaksanakan di Desa Adat Kalibukbuk. Tercatat ada empat pura yang harus melangsungkan upacara.

Yakni Pura Dalem, Pura Desa, Pura Bukit Sari, dan Pura Segara. Namun karena ada edaran dari parisadha untuk menunda upacara, maka upacara pun ditunda dan diganti dengan matur piuning yang dilanjutkan dengan guru piduka.

Sebenarnya pihak desa adat sudah menerima dana untuk pelaksanaan upacara dari Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kalibukbuk.

Karena upacara ditunda, akhirnya terpikir untuk menyalurkan dana tersebut pada masyarakat dalam bentuk sembako. Terlebih perekonomian krama di desa setempat sangat terpukul, dengan anjloknya sektor pariwisata.

“Saya sampaikan pada prajuru, saba desa, dan kertha desa, ternyata disetujui. Akhirnya program ini kami jalankan. Sumber dananya ya dana yang diberikan LPD untuk pelaksanaan upacara pura.

Karena upacara tahun ini tidak dilaksanakan, dananya kami kembalikan untuk krama. Apalagi dengan kondisi pariwisata seperti ini,

sedangkan sebagian besar krama kami hidup dari pariwisata,” kata Subrata saat ditemui di Pura Desa Kalibukbuk.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kalibukbuk Made Redita mengatakan, kondisi perekonomian masyarakat memang cukup terpukul karena anjloknya sektor pariwisata.

Sudah sebulan lebih, warga yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata, tidak mendapat pemasukan.

“Dengan stimulant seperti sembako ini, mudah-mudahan warga bisa bertahan. Karena kondisi ini sudah sebulan lebih berjalan, dan kondisinya memang sangat terpukul.

Banyak usaha yang memilih tutup. Bukannya ditutup pemerintah, tapi karena tidak ada tamu, tidak ada yang belanja, akhirnya tutup sendiri karena cost operasional tinggi,” jelas Redita.

Pihak desa adat memastikan, bantuan sembako itu bukan hanya dibagikan sekali saja. Rencananya sembako itu akan kembali dibagikan pada 30 April serta 15 Mei mendatang. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/