SEMARAPURA – Pemkab Klungkung saat ini tidak hanya dihadapkan dengan penyebaran wabah corona namun juga demam berdarah (DB).
Sejak awal tahun hingga saat ini tercatat ada dua warga Klungkung meninggal dunia lantaran DB. Keduanya yang masih tergolong anak-anak itu meninggal dengan selisih waktu hanya sepekan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung dr. Ni Made Adi Swapatni saat dikonfirmasi membenarkan kabar tersebut.
Menurutnya, Ni Luh NPS, anak perempuan berusia 12 tahun asal Dusun Pakel, Desa Sampalan Tengah, Kecamatan Dawan meninggal dunia saat menjalani perawatan di RS Sanglah, Sabtu (28/3) sekitar pukul 04.00.
Satu lagi ada anak laki-laki berusia 9 tahun asal Desa Batununggul, Kecamatan Nusa Penida meninggal dunia Rabu (1/4) lalu.
Sama dengan Ni Luh NPS, anak laki-laki itu juga meninggal dalam perawatan di RS Sanglah setelah mengalami dengue shock syndrome (DSS).
“Masuk RS Gema Santi Senin (30/3) dan meninggal dunia 1 April di RS Sanglah,” terang dr Ni Made Adi Swapatni.
Pasien DB meninggal dunia di Klungkung didominasi anak-anak, menurutnya, karena anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang lebih rentan.
Namun tidak menutup kemungkinan, hal itu karena pihak keluarga terlambat membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.
“Saya informasikan juga, kalau sakit jangan terlalu lama baru dibawa ke rumah sakit. Bisa jadi ada unsur keterlambatan. Bisa juga dari daya tahan tubuh. Masing-masing kan beda-beda merespons penyakit,” katanya.
Atas adanya peristiwa dua warga Klungkung meninggal dunia karena DB, pihaknya telah mengingatkan kembali agar masyarakat hidup bersih dan sehat.
Dengan munculnya wabah corona yang membuat pemerintah mengeluarkan imbauan agar masyarakat berdiam diri di rumah,
hal itu bisa dimanfaatkan untuk membuat lingkungan rumah menjadi bersih dan bebas dari sarang nyamuk.
“Fogging sudah di laksanakan, pembagian abate sudah dilaksanakan. Ini butuh peran serta seluruh masyarakat.
Sementara untuk di jajaran kami, kalau ada pasien panas agar segera dilakukan pemeriksaan lab,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, dibandingkan tahun sebelumnya yang total jumlah pasien DB meninggal dunia sebanyak satu orang, jumlah pasien DB meninggal tahun ini terbilang lebih banyak.
Namun jika dibandingkan dari total jumlah kasus DB yang ada, menurutnya kasus DB di periode yang sama tahun ini lebih rendah.
“Total kasus DB sepanjang tahun 2019 itu sebanyak 340 kasus dengan jumlah pasien yang meninggal dunia sebanyak 1 orang.
Sedangkan untuk periode Januari-Maret 2019 sebanyak 114 kasus. Sementara untuk periode Januari- Maret 2020, ada sebanyak 108 kasus DB dan jumlah yang meninggal hingga 1 April sebanyak 2 orang,” bebernya.