RadarBali.com – Berbagai cara dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana (PVMBG), untuk mengetahui kondisi puncak Gunung Agung.
BNPB menyiapkan drone atau pesawat tanpa awak yang didesain khusus untuk mengambil gambar dari dekat kawah Gunung Agung.
Kepala Pusat Data dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kepada Jawa Pos Radar Bali menyebut drone yang digunakan mengamati puncak kawah bukan sembarangan.
Drone tersebut memiliki spesfikasi khusus. Drone harus dimodifikasi karena terbang jarak tinggi. Selain itu bahan bakar juga harus dimodifikasi karena oksigen di atas kawah sangat tipis.
BNPB mendatangkan tiga drone. Dua buah drone berbentuk pesawat memiliki sayap, dan satu lagi berbentuk helikopter.
Drone tersebut diklaim bisa dikendalikan dari jarak 20 km serta mampu terbang sampai 200 km. Salah satu drone yang digunakan yakni model UAV jenis KOAX-3.0.
Memiliki sayap 3.000 milimeter, panjang 2.000 milimeter, berat 15 kg, kapasitas angkut 4 kg. Drone ini memiliki kelebihan efisien waktu dan tenaga, mobilitas tinggi, ramah lingkungan, tidak mudah terdeteksi, data gambar digital, mampu terbang maksimal di ketinggian 4.000 meter selama tiga jam lebih.
“Drone bisa mengambil gambar jelas sekaligus membaut video. Nah, gambar itu yang akan terhubung ke posko,” jelasnya.
Yang menarik, drone tersebut bukan milik instansi pemerintah. BNPB pernah meminta bantuan drone dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), namun belum siap secara teknis.
“Ada satu perusahaan yang bisa menerbangkan. Saya belum tahu harganya, apakah yang satu sewa atau juga beli. Yang jelas, segala upaya kami kerahkan,” tandasnya.
Meski drone tersebut cukup canggih, Sutopo mengakui memiliki kendala yang dihadapi kondisi puncak kawah sering tertutup awan. Hal itu menyulitkan drone yang dioperasikan dari jarak jauh.
Namun, Sutopo akan terus mencoba. Sebab, pihaknya sudah pernah menggunakan drone saat erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara.
Hasilnya, gambar dari drone bisa digunakan memetakan dan menghitung perkiraan material di kawah.
“Misal melihat daerah yang terlanda awan panas dan lahar dingin. Dua tahun lalu kami sudah coba di Gunung Sinabung,” bebernya.