Petugas dapur dan cleaning servis rumah sakit memang tak pernah tersorot kamera awak media. Namun, justru peran meraka tidak bisa dipandang sebelah mata.
Mereka yang ikut berjuang setiap hari menyiapkan kebutuhan makan bagi pasien Covid-19. Seperti apa aktivitas para petugas dapur di rumah sakit.
JULIADI, Singaraja
SUASANA RS Pratama Giri Mas Sangsit, Buleleng, terlihat sepi. Di rumah sakit inilah beberapa pasien positif Covid-19 dirawat.
Deretan ucapan dan karangan bunga bejejer rapi didepan tembok papan naman rumah sakit tersebut.
Karangan bunga plus ucapan dikirim oleh beberapa orang, komunitas dengan tulisan penyemangat bagi tenaga medis yang sedang berjuang menyembuhkan pasien Covid-19.
Di sisi lain setiap pengujung yang datang ke RS Pratama Giri Mas wajib diperiksa ketat kesehatannya, terutama suhu tubuhnya sesuai SOP kesehatan penanganan Covid-19.
Keperluan dan kepentingan apapun bagi pengujung tidak diperbolehkan masuk. Terkecuali bagi pasien penanganan Covid-19 dan pekerja migran Indonesia (PMI) yang akan menjalani rapid tes.
Kendati Jawa Pos Radar Bali diperbolehkan masuk oleh petugas pengamanan rumah sakit untuk sekedar mengetahui seputar kondisi rumah sakit.
Tetapi jaraknya sangat jauh dari ruang isolasi para pasien Covid-19. Hari itu sangat beruntung Direktur RS Pratama Giri Mas dr. Gede Nuada mempersilakan untuk bertemu
salah seorang petugas dapur dan cleaning servis yang setiap hari bekerja menyediakan menu makanan pasien. Sekaligus melihat aktivitas mereka.
“Sudah hampir tiga minggu lebih suplai makanan harus terpenuhi bagi pasien Covid-19 yang kini mereka masih menjalani
perawatan isolasi di rumah sakit ini,” kata Gita Cahyani saat ditemui usai bekerja menyiapkan makanan kepada para pasien dan tenaga medis di RS Pratama Giri Mas.
Menurut perempuan berusia 24, awalnya setelah RS Pratama Giri Mas ditunjuk sebagai rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19, sempat ada rasa tegang dan cemas kepada dirinya.
Namun, setelah dua tiga hari berjalan, rasa was-was itu hilang. “Justru kami semangat, terpacu untuk berbuat yang lebih kepada
pasien Covid – 19 agar dapat sembuh. Kalau bukan dari kita, siapa lagi yang akan berbuat untuk pasien tersebut,” ungkapnya.
Gita melanjutkan ia dan rekan kerja yang berjumlah 4 orang mulai menyiapkan kebutuhan makanan bagi pasien Covid-19 sejak pukul 05.00 pagi.
Namun, kadang kala ada yang datang lebih awal sekitar pukul 04.30. Sebelum bahan makanan dimasak sebagai asupan nutrisi bagi pasien, pihaknya memastikan terlebih dahulu makanan tersebut dalam kondisi segar dan penuh gizi.
“Kalau yang menghidangkan makanan kepada pasien bukan kami tetapi langsung dari perawat,” cerita Gita.
Diakui Gita, menu makanan yang disiapkan bervariasi sejak pagi hingga sore hari. Untuk menghilangkan rasa bosan menu makanan yang disajikan tidak sama bagi pasien.
Pagi misalnya laut dengan telur, siang ikan laut dan sore menjelang malam daging ayam. Bahkan membuatkan sayur bening untuk pasien.
Dalam sehari rata-rata 10-15 kilogram beras dihabiskan, untuk daging ayam 2 kilogram di pagi hari, siang sekitar 4 kilogram dan sore sekitar 4 kilogram.
“Kadang kala sehari sebelum makanan dibuat didapur rumah sakit. (Mereka red) pasien ada yang request makanan bubur ayam hingga minum jus buah.
Biasanya mereka minta bubur kacang ijo, bubur ayam. Sedangkan just buah yakni jus buah semangka, melon dan lainnya. Bahkan kami agar menambah imun tubuh pasien dibuat jamu,” tuturnya.
Lanjut Gita, bekerja didapur rumah sakit barang tentu sudah ada suka dan duka. Kalau duka ketika ada teman yang libur bekerja. Sehingga membuat beban kerja rekan dan dirinya bertambah.
Yang lain, sering kali dirinya mendengar kawan-kawan atau petugas medis yang dikucilkan ditengah masyarakat.
“Janganlah orang-orang diluar mengucilkan pegawai-pegawai rumah sakit yang disini. Kami berjuang menyembuhkan pasien Covid-19. Selain itu disini petugas medis bekerja dengan APD lengkap standar kesehatan,” ungkapnya.
Gita menambahkan bekerja sebagai petugas dapur menyediakan makanan bagi petugas medis protap kesehatan tetap harus dijalankan.
“Kita juga disini usai dari rumah sakit tidak diperbolehkan keluar kemana-mana langsung ke rumah. Mandi harus tiga sampai 4 kali sehari usia bekerja. Begitu seterusnya nongkrong pun kami tidak diperbolehkan,” pungkasnya. (*)