TABANAN – Hingga saat ini Pemkab Tabanan terus berupaya menyediakan fasilitas karantina bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru pulang dari luar negeri.
Hanya saja, Pemkab Tabanan mengaku sangat sulit menemukan tempat yang layak untuk dijadikan lokasi karantina. Terlebih dengan adanya penolakan para PMI ketika akan menjalani karantina.
Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti menuturkan, kondisi tersebut membuat miris mengingat penyiapan tempat karantina di Tabanan yang sangat susah didapatkan.
Padahal, kata dia, PMI merupakan warga Tabanan yang selama ini juga telah memberi kontribusi terhadap daerah.
“Yang paling membuat miris kan susahnya kita mencari penginapan. Susah banget mencarikan tempat (karantina) untuk PMI kita,” kata Bupati Eka Wiryastuti.
Terlebih warga Tabanan cukup banyak yang menggantungkan hidupnya sebagai pekerja di kapal pesiar.
Bahkan, lanjut Bupati Eka, ada salah satu desa yang sebagian besar warganya bekerja di luar negeri sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di kapal pesiar.
“Jadi sisi kemanuasiaan ini harus dikedepankan, dan kembali lagi bahwa PMI ini kan bukan positif ya, mereka negatif kok. Hanya mereka harus diisolasi karena mereka memiliki riwayat perjalanan.
Selain itu isolasi juga bisa membunuh virus dalam masa inkubasi dua minggu, ada mekaniske yang harus dilalui. Momen ini jadi waktu yang tepat untuk menabung kebaikan,” harap Bupati Eka.
Terlebih di wilayah Tabanan sendiri, cukup minim ketersediaan fasilitas penginapan. Untuk itu, dia berharap tidak ada lagi warga Tabanan yang menolak proses karantina PMI ini.
Karena dalam penanganan Covid-19 ini, harus dilakukan secara gotong royong. “Nggak bisa sendiri-sendiri. Jadi harus saling bahu membahu. Nggak boleh lagi ada penolakan,” tandas bupati dua periode ini.