Ada banyak cara yang dilakukan untuk menyibukkan diri selama menjalani aktivitas di rumah di tengah pandemi covid-19.
Seperti yang dilakukan perupa Iman Ritma yang tetap berkarya dengan menggelar pameran secara online. Seperti apa?
ZULFIKA RAHMAN, Denpasar
MEMANFAATKAN studio lukis yang ada di lantai dua rumahnya di Jalan Katrangan Nomor: 4 Denpasar, Iman Ritma terlihat tengah menyiapkan diri untuk membuka pameran tunggal.
Sekitar pukul 15.00, Iman lantas bersiap melakukan pameran streaming live lewat facebook pribadinya.
Di temani istri dan anak-anaknya, dia mulai mengeluarkan kata-kata sambutan untuk membuka pameran tunggal yang menampilkan 61 buah karya tangannya.
Di bantu anak perempuanya, Namira sebagai tim dokumentasi yang sekaligus didaulat menjadi kurator dalam pameranya di tengah pandemi covid-19 ini.
Berbekal ponsel yang ada di tangannya layaknua seorang Vloger, Iman satu persatu mulai memperlihatkan karyanya yang terpampang di dinding studio lukis rumahnya itu.
Tak lupa, ia menjelaskan makna dari karya-karya dalam pameran yang mengusung tema Stay at Home. “Pameran ini tidak direncanakan. Secara tiba-tiba saja, ingin berpameran virtual,” ungkap Iman Ritma ditemui di rumahnya.
Dari 61 karya anak perupa maestro lukis Roesli Hakim ini menampilkan beberapa karya yang dibuat beberapa tahun lalu.
Ada karya rupa dari akrilik kanvas ada juga kertas dan sketsa. Tema Stay at Home berangkat dari aktivitas yang ia lalui selama pandemi covid-19 sejak sebulan lebih.
“Saya ingin menyenangkan, berbuat lalu berkarya seperti apa yang saya bisa. Yakni membuat lukisan dan ingin pameran. Kalau pameran secara langsung kan tidak bisa.
Yang memungkinkan hanya lewat online ini. Ini juga jadi media membunuh kebosanan selama di rumah, mengisi kegiatan juga. Kebetulan keluarga ikut mendukung,” ucapnya.
Namun karya-karya ini tidak sepenuhnya merupakan karya-karya yang dibuat selama menjalani aktivitas di rumah saja.
Ada juga karya-karya yang ditampilkan itu merupakan hasil karya ditahun-tahun sebelumnya. Dia menjelaskan beberapa karya, memang tidak ada yang secara langsung merespon situasi global yang saat ini terjadi.
“Tidak begitu fokus ke kondisi yang terjadi saat ini. Tapi saya mengambil suasana berkabung. Jadi suasana lukisan saya ini kegelisahan dari suasana ini.
Contoh tentang alam yang sunyi, lukisan wajah-wajah penuh harapan, ada juga gambar kehidupan kangen pasar, mengutarakan rasa kangen ingin semula keadaanya kembali normal seperti semula,” jelas alumni ISI Jogjakarta ini.
Menurutnya, berpameran lewat online ini sangat mengasyikan. Ini menjadi alternatif agar di rumah bersama keluarga tidak bosan, selain melakukan kegiatan bersih-bersih rumah.
Ketika tidak bisa bertemu, satu-satunya cara yakni berkabar lewat dunia maya. Karena sebagai seniman lukis, ia memilih cara ini sebagai media untuk berpameran.
“Saya berharap teman lain juga melakukan hal yang sama, ini juga sebagai semangat kalau seni tetap menggeliat di tengah kondisi seperti ini, mungkin selain seni juga bisa sektor lain kita berbagi juga,” sambung Iman.
Meski diakui, untuk berbicara secara live di facebook tidak mudah. Karena Iman sendiri belum terbiasa berbicara sembari live di facebook seperti orang ngevlog.
“Memang ada kesalahan, tapi saya semampunya lakukan, apa yang saya lakukan memang tidak sempurna.
Yang terpenting, saya ingin tetap menjaga eksistensi saya dalam berkarya meski di tengah kondisi sulit karena wabah corona,” paparnya.
Pameran yang akan berlangsung hingga 17 Mei mendatang ini, ketika ada yang tertarik meminang karya-karya lukisnya, ia mempersilahkan untuk datang langsung ke rumahnya.
“Kalau memang laku, 50 persen dari penghasilan pameran ini akan saya sumbangkan untuk penanganan corona ini. Saya ingin berbagi sebisa saya,” tandasnya. (*)