25.6 C
Jakarta
19 September 2024, 7:56 AM WIB

Bawang Meroket, Daging Ayam Murah Meriah, Parta: Mendag Harus Dijewer

DENPASAR – Awal puasa atau 1 Ramadhan 1441 Hijriah jatuh pada Jumat, 24 April 2020 hari ini. Umat muslim di seluruh dunia, khususnya di Bali menjalani ibadah puasa dengan nuansa berbeda karena berlangsung di tengah pandemi virus corona.

Sayangnya, dalam kondisi “merana” karena dirumahkan atau di-PHK, masyarakat harus menghadapi kenaikan harga pada beberapa komoditi pokok.

Bawang merah dan putih dijual dengan harga berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu per kilogram. Berbanding terbalik dengan daging ayam yang terjun bebas di kisaran harga Rp 20 ribu per kg.

Selain bawang, harga gula juga melambung. “Kementerian Perdagangan harus dijewer karena melonjaknya harga gula, bawang putih dan bawang merah.

Di sisi lain harga daging ayam anjlok. Kementerian perdagangan berjanji melakukan pembenahan dan operasi pasar untuk produk yang

harganya melambung,” ucap I Nyoman Parta, anggota Komisi VI DPR RI merespons rapat dengar pendapat (RDP) Virtual dengan Kementerian Perdagangan RI.

Apa yang idealnya dilakukan? Parta menyebut Kementerian Perdagangan harus lebih jeli memetakan produksi dalam negeri.

Faktanya, kondisi di lapangan kerap tidak sesuai dengan kebijakan yang diambil lantaran “permainan” para spekulan.

“Sering terjadi produksi dalam negeri berlimpah tapi harga jadi mahal karena faktor distribusi dan permainan para spekulan,” tandas politisi asal Gianyar itu.

Terang Parta kementerian perdagangan harus memastikan produksi bawang merah, bawang putih, dan tebu aman jika impor dilakukan. Jangan sampai impor justru membunuh petani dalam negeri.

“Kendalikan harga agar tidak dimainkan oleh para importir dan spekulan yang mencari keuntungan secara membabi buta. Kementerian harus peka pada kondisi rakyat yang kini mengalami penurunan daya beli,” ungkapnya.

Selain itu, Parta menilai satgas pangan harus bertindak tegas dan melakukan langkah hukum jika ada “permainan” yang mengganggu ketahanan pangan Indonesia.

“Jadikan momentum Covid-19 untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Manfaatkan daging yang tersedia di dalam negeri seperti

daging ayam dan telur serta kurangi jumlah impor daging sapi. Jangan lupa kita punya laut yang kaya,” tegasnya. 

DENPASAR – Awal puasa atau 1 Ramadhan 1441 Hijriah jatuh pada Jumat, 24 April 2020 hari ini. Umat muslim di seluruh dunia, khususnya di Bali menjalani ibadah puasa dengan nuansa berbeda karena berlangsung di tengah pandemi virus corona.

Sayangnya, dalam kondisi “merana” karena dirumahkan atau di-PHK, masyarakat harus menghadapi kenaikan harga pada beberapa komoditi pokok.

Bawang merah dan putih dijual dengan harga berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu per kilogram. Berbanding terbalik dengan daging ayam yang terjun bebas di kisaran harga Rp 20 ribu per kg.

Selain bawang, harga gula juga melambung. “Kementerian Perdagangan harus dijewer karena melonjaknya harga gula, bawang putih dan bawang merah.

Di sisi lain harga daging ayam anjlok. Kementerian perdagangan berjanji melakukan pembenahan dan operasi pasar untuk produk yang

harganya melambung,” ucap I Nyoman Parta, anggota Komisi VI DPR RI merespons rapat dengar pendapat (RDP) Virtual dengan Kementerian Perdagangan RI.

Apa yang idealnya dilakukan? Parta menyebut Kementerian Perdagangan harus lebih jeli memetakan produksi dalam negeri.

Faktanya, kondisi di lapangan kerap tidak sesuai dengan kebijakan yang diambil lantaran “permainan” para spekulan.

“Sering terjadi produksi dalam negeri berlimpah tapi harga jadi mahal karena faktor distribusi dan permainan para spekulan,” tandas politisi asal Gianyar itu.

Terang Parta kementerian perdagangan harus memastikan produksi bawang merah, bawang putih, dan tebu aman jika impor dilakukan. Jangan sampai impor justru membunuh petani dalam negeri.

“Kendalikan harga agar tidak dimainkan oleh para importir dan spekulan yang mencari keuntungan secara membabi buta. Kementerian harus peka pada kondisi rakyat yang kini mengalami penurunan daya beli,” ungkapnya.

Selain itu, Parta menilai satgas pangan harus bertindak tegas dan melakukan langkah hukum jika ada “permainan” yang mengganggu ketahanan pangan Indonesia.

“Jadikan momentum Covid-19 untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Manfaatkan daging yang tersedia di dalam negeri seperti

daging ayam dan telur serta kurangi jumlah impor daging sapi. Jangan lupa kita punya laut yang kaya,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/