Banyak cara yang dapat tempuh ditengah kondisi sulit selama masa pandemi Covid-19 sekarang ini. Kendati berdiam di rumah dan beraktivitas, tak menyurutkan ibu-ibu rumah tangga di Desa Loka Paksa, Seririt untuk berkarya.
Mereka memilih bercocok tanam di lahan kosong di waktu senggang. Mereka memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam berbagai jenis rempah-rempah.
JULIADI, Seririt
ASAL ada niat untuk berusaha dan melihat peluang yang ada, tak susah untuk mencari penghasilan saat ini.
Seperti yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Srikandi Loka Sari (KWTSLS), Desa Loka Paksa, Seririt.
Saat pandemic Covid-19, mereka berusaha memanfaatkan lahan pekarangan rumah mereka dengan menaman berbagai jenis tanaman yang dibutuhkan untuk meningkat imunitas tubuh agar kebal tertular virus corona.
Mulai dari jahe merah, jahe putih, kunyit, temulawak, kencur, lengkuas, temu ireng, kunir dan jenis rempah lainnya.
Kemudian juga menanam berbagai jenis sayuran yang setiap harinya hampir dapat dipanen untuk dikonsumsi.
Ketika Jawa Pos Radar Bali bertandang ke Banjar Dinas Gunung Ina (Labak Timbul), Loka Paksa lokasi dimana pengembangan budidaya tanaman rempah-rempah tersebut, ada sekitar 8 orang ibu-ibu rumah tangga sedang memproduksi bibit rempah-rempah.
Selain itu ada yang juga bekerja membuat pupuk dari kotoran sapi. “Prospek ke depan untuk tanaman jenis rempah temu saat cukup bagus, karena banyak permintaan
dari masyarakat dan dipasar-pasar. Khusus tanaman jahe merah,” kata Ni Wayan Budarmiasih Ketua KWTSLS Desa Loka Paksa.
Menurutnya, ibu-ibu di Lokapaksa mulai melirik bercocok tanam jenis rempah-rempah sejatinya akhir tahun 2019 lalu.
Hanya saja modal belum cukup sehingga baru dapat dilakukan pada bulan April ini disaat wabah corona merebak.
Setelah kelompoknya mendapat bantuan modal pertanian sebesar Rp 50 juta dari Menteri Pertanian yang disalurkan oleh pemerintah kabupaten, mereka mulai terjun menanam rempah-rempah.
“Bantuan ini kemudian kami cairkan dengan memberikan bibit rempah-rempah kepada ibu-bu rumah tangga di desa.
Namun, khusus ibu-ibu rumah tangga lebih banyak menanam jahe merah di pekarangan rumah,” ujar perempuan yang juga guru SMKN 2 Seririt.
Ide mengajak untuk ibu bercocok di pekarangan rumah mereka. Selain agar mereka lebih produktif. Juga karena kondisi lahan yang sempit di desa.
“Bahkan ibu-ibu rumah tangga kini mendapat pekerjaan sampingan dan penghasilan ekonomi. Apalagi di desa susah kehidupan ekonomi ditengah virus corona,” tuturnya.
Bercocok tanam rempah-rempah tidaklah sulit. Sehingga dengan mudah memberikan pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga. Terpenting cukup air, bisa membuat pupuk dan tersedianya bibit.
Saat ini selama berjalan hasil pertanian dengan memanfaatkan pekarangan rata-rata setiap perhari terjual 10 kilogram jahe merah.
Karena jahe merah yang paling banyak diburu masyarakat saat ini. Selain itu pihaknya juga menjual bibit jahe merah plus polibek yang tersebut dari bahan bambu.
“Untuk jahe dengan harga saat Rp 100 ribu perkilogram, sedang bibit bersama dengan polibeknya kami jual Rp 20 ribu,” ungkapnya.
Menariknya kegiatan ibu-ibu rumah tangga Desa Loka, menjual hasil pertanian mereka dengan memasarkan melalui media online.
Kalau ada yang pesan via whastapp atau medsos pihaknya antar langsung. Untuk bibit rempah-rempah ada sekitar 75 jenis yang pihaknya tanam saat ini.
Dengan mengembangkan bukan hanya pada lahan pekarangan rumah tetapi lahan pertanian seluas sekitar 31 are.
“Sedangkan 10 are kami tanam untuk pengembangan bibit rempah-rempah. Kami juga tanam sayur-sayuran,” ungkapnya.
Untuk rempah-rempah tersebut baru dipasarkan di daerah Buleleng, namun sudah beberapa yang dipasang di daerah Denpasar.
“Kami juga mengajarkan keterrampilan ibu-ibu rumah tangga membuat polibek yang terbuat dari bambu,” pungkasnya. (*)