33.4 C
Jakarta
18 Oktober 2024, 12:09 PM WIB

Jual Jamu Berbahan Kunyit Khusus dari Badung, Pembeli Diservis Pijat

Terapis spa, Putu Wida Arsanti, 46, ikut terkena dampak Covid-19. Dalam kondisi terjepit, dia kini fokus membuat jamu kunyit.

Dia memproduksi jamu di rumahnya di Banjar Pengosekan Kaja, Desa Mas, Kecamatan Ubud. Dia juga menerima reseller dan menitip di warung.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TAK ada tamu. Itu membuat jasa spa di Gianyar juga terkena dampak Covid-19. Terapisnya juga ikut terkena dampak.

Meski begitu, salah satu terapis spa, Putu Wida Arsanti, berusaha memutar otak agar kebutuhan dapur tetap mengepul.

Kini dia fokus membuat jamu kunyit. “Saat ada wabah ini, kegiatan spa terapis tidak boleh,” ujar Putu Wida Arsanti.

Karena tidak ada kesibukan, dia pun memilih fokus membuat jamu dari bahan kunyit. “Jadi saya bikin jamu kunyit yang berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh. Jamu kunyit,” jelasnya.

Keahliannya membuat jamu memang sudah diterapkan sejak lama. Dulu dia beberapa kali dimintai tolong membuat jamu kunyit.

Mereka yang minta tolong dibuatkan jamu itu cenderung punya sakit. “Disamping itu dulu saya sibuk jadi terapis, kalau sekarang baru bisa fokus membuatnya,” jelasnya.

Wida mengaku jamu kunyitnya itu spesial. Karena bahannya tidak bisa diperoleh di wilayah Ubud. “Saya ke pasar Badung nyari bahannya.Tidak bisa pakai kunyit biasa. Ini beda,” jelasnya.

Dia pun meracik sendiri kunyitnya itu. Bahan kunyit juga ditambah pelengkap seperti asam, madu dan gula aren.

Dengan racikan yang pas, racikan kunyitnya itu bisa dibuat 30 botol sehari. Untuk pemasarannya, ada yang dibeli langsung ke rumahnya.

Dia juga menitipkannya di pasar dan di Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Mas. “Kalau ada yang kurang, kadang mereka langsung cari ke rumah,” imbuhnya.

Wida mengaku satu botol jamu kunyitnya itu dijual seharga Rp 8 ribu. Untuk kompensasi kepada para pedagang yang ia titip diberi 20 persen.

Dengan menjual jamu tersebut, ia mengaku tidak hanya bisa membantu para pedagang, akan tetapi dapat juga membantu serta mengobati para konsumen yang tengah memerlukan jamu kunyit tersebut.

Untuk bahannya, Wida mengaku membeli ke Pasar Badung. Karena jenis kunyit yang dijadikannya jamu tersebut tidak ada dijual di wilayah Ubud.

“Biasanya saya beli induk kunyit di Pasar Badung. Kalau pakai kunyit biasa, kurang khasiatnya,” ujarnya.

Dia mengklaim, jamu kunyit racikannya itu bisa meningkatkan daya kekebalan tubuh. “Jadi cocok saat situasi begini. Untuk kesehatan,” tegasnya.

Jamu kunyit itu juga diyakini mengobati sakit maag dan diabetes. “Kadang kalau ada yang sakit mereka membeli langsung ke rumah, langsung saya bikin racikannya,” jelasnya.

Sebagai terapis spa, tak jarang pelanggan yang datang ke rumah malah minta layanan tambahan. Selain beli jamu, pembeli minta dipijat ala terapis spa.

“Bahkan ada juga yang langsung minta dipijat. Itu kalau pembelinya memang perlu,” pungkasnya. (*)

 

Terapis spa, Putu Wida Arsanti, 46, ikut terkena dampak Covid-19. Dalam kondisi terjepit, dia kini fokus membuat jamu kunyit.

Dia memproduksi jamu di rumahnya di Banjar Pengosekan Kaja, Desa Mas, Kecamatan Ubud. Dia juga menerima reseller dan menitip di warung.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TAK ada tamu. Itu membuat jasa spa di Gianyar juga terkena dampak Covid-19. Terapisnya juga ikut terkena dampak.

Meski begitu, salah satu terapis spa, Putu Wida Arsanti, berusaha memutar otak agar kebutuhan dapur tetap mengepul.

Kini dia fokus membuat jamu kunyit. “Saat ada wabah ini, kegiatan spa terapis tidak boleh,” ujar Putu Wida Arsanti.

Karena tidak ada kesibukan, dia pun memilih fokus membuat jamu dari bahan kunyit. “Jadi saya bikin jamu kunyit yang berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh. Jamu kunyit,” jelasnya.

Keahliannya membuat jamu memang sudah diterapkan sejak lama. Dulu dia beberapa kali dimintai tolong membuat jamu kunyit.

Mereka yang minta tolong dibuatkan jamu itu cenderung punya sakit. “Disamping itu dulu saya sibuk jadi terapis, kalau sekarang baru bisa fokus membuatnya,” jelasnya.

Wida mengaku jamu kunyitnya itu spesial. Karena bahannya tidak bisa diperoleh di wilayah Ubud. “Saya ke pasar Badung nyari bahannya.Tidak bisa pakai kunyit biasa. Ini beda,” jelasnya.

Dia pun meracik sendiri kunyitnya itu. Bahan kunyit juga ditambah pelengkap seperti asam, madu dan gula aren.

Dengan racikan yang pas, racikan kunyitnya itu bisa dibuat 30 botol sehari. Untuk pemasarannya, ada yang dibeli langsung ke rumahnya.

Dia juga menitipkannya di pasar dan di Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Mas. “Kalau ada yang kurang, kadang mereka langsung cari ke rumah,” imbuhnya.

Wida mengaku satu botol jamu kunyitnya itu dijual seharga Rp 8 ribu. Untuk kompensasi kepada para pedagang yang ia titip diberi 20 persen.

Dengan menjual jamu tersebut, ia mengaku tidak hanya bisa membantu para pedagang, akan tetapi dapat juga membantu serta mengobati para konsumen yang tengah memerlukan jamu kunyit tersebut.

Untuk bahannya, Wida mengaku membeli ke Pasar Badung. Karena jenis kunyit yang dijadikannya jamu tersebut tidak ada dijual di wilayah Ubud.

“Biasanya saya beli induk kunyit di Pasar Badung. Kalau pakai kunyit biasa, kurang khasiatnya,” ujarnya.

Dia mengklaim, jamu kunyit racikannya itu bisa meningkatkan daya kekebalan tubuh. “Jadi cocok saat situasi begini. Untuk kesehatan,” tegasnya.

Jamu kunyit itu juga diyakini mengobati sakit maag dan diabetes. “Kadang kalau ada yang sakit mereka membeli langsung ke rumah, langsung saya bikin racikannya,” jelasnya.

Sebagai terapis spa, tak jarang pelanggan yang datang ke rumah malah minta layanan tambahan. Selain beli jamu, pembeli minta dipijat ala terapis spa.

“Bahkan ada juga yang langsung minta dipijat. Itu kalau pembelinya memang perlu,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/