SEMARAPURA – Pemerintah Kabupaten Klungkung Kembali menerima dua bilah keris dan satu mata tombak peninggalan Kerajaan Klunkung dari Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra yang merupakan pemberian Yayasan Westerlaken, Selasa (28/4) kemarin.
Ini bukan kali pertama yayasan tersebut menyerahkan senjata yang katanya berkaitan dengan era Kerajaan Klungkung.
Namun sama seperti sebelumnya, senjata yang diserahkan belum memiliki jejak sejarah yang jelas.
President of Westerlaken Foundation Rodney Westerlaken menyerahkan sejumlah senjata yang katanya merupakan produksi zaman Kerajaan Klungkung atau tepatnya
sebelum Perang Puputan Klungkung terjadi kepada Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra bertempat di Pendopo Puri Agung Klungkung.
Bertepatan dengan ke-122 Hari Puputan Klungkung dan HUT ke-28 Kota Semarapura, ada dua bilah keris dan satu mata tombak peninggalan kerajaan Klunkung yang diserahkan.
Sebelum dimiliki yayasan, ketiga senjata itu merupakan koleksi seorang kolektor di Belanda. “Pasca Perang Puputan Klungkung, benda-benda tersebut dibawa ke Belanda.
Dan saya ingin mengembalikannya ke Klungkung. Tombak dan keris ini sudah tiba di Bali pada Januari lalu. Kami menunggu penyerahan ini tepat di Hari Puputan Klungkung,” terang Rodney.
Sementara itu, Penglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semara Putra mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dikembalikannya senjata-senjata yang merupakan peninggalan Kerajaan Klungkung.
Menurutnya, langkah ini merupakan suatu hubungan yang baik antara Belanda dengan Indonesia khususnya Kabupaten Klungkung.
“Pusaka ini kami akan serahkan kepada Pemkab Klungkung untuk selanjutnya dirawat dan disimpan di Musem Semarajaya
sehingga bisa dilihat oleh masyarakat umum sebagai salah satu peninggalan kerajaan Klungkung,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta menyampaikan pada tanggal 28 April 2020 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Kabupaten Klungkung khususnya Puri Agung Semarapura.
Di mana 112 tahun yang lalu terjadi peristiwa yang sangat heroik dan kini diperingati setiap setahun sebagai Hari Puputan Klungkung.
“Perayaan-perayaan menyambut Hari Puputan itu pun selalu kami lakukan dengan nuansa-nuansa untuk meneladani apa yang sudah beliau atau para leluhur lakukan terutama
Ida Dewa Agung Jambe bersama seluruh pasukannya. Langkah tersebut dilakukan sebagai suatu contoh untuk mengisi pembangunan di Kabupaten Klungkung,
namun melihat situasi sekarang kita hanya fokus mencegah penyabaran wabah Covid-19 agar masyarakat bisa terhindar dari virus tersebut,” jelasnya.
Berkaitan dengan dua bilah keris dan satu mata tombak yang diserahkan pihak yayasan, pihaknya sangat berterima kasih. Dan itu menurutnya merupakan bentuk hubungan yang baik.
“Tentu kami di Kabupaten Klungkung akan sebaik mungkin merawat dan menjaga benda pusaka ini,” katanya.
Hanya saja karena jejak sejarah dari sejumlah benda pusaka tersebut belum jelas, pihaknya mengaku akan bekerja sama dengan peneliti untuk
memastikan bagaimana proses pembuatan tombak dan keris tersebut. Termasuk untuk memperjelas jejak sejarah benda pusaka tersebut.
“Sehingga nantinya benar-benar ada literatur sebagai petunjuk untuk generasi-generasi kami ke depan,” tandasnya.